Perkembangan
media di Indonesia sungguh mengagumkan terutama sejak reformasi tahun 1998.
Momentum reformasi telah mengubah pandangan terhadap media dimana media tidak
lagi tertutup dan terkekang tetapi telah berubah menjadi sumber keterbukaan dan
perwujudan dari nilai-nilai demokrasi.
Beragam
media dengan nama baru muncul dan menyapa para khalayak terutama pada media
penyiaran televisi. Setelah Orde Baru, pemerintah yang berkuasa pada saat itu
mulai membuka kesempatan bagi swasta untuk bersiaran. Stasiun televisi swasta
yang pertama kali mengudara yaitu RCTI kemudian diikuti oleh SCTV, Antv,
Indosiar, TPI, dan berbagai stasiun televisi lainnya. Berbagai stasiun televisi
tersebut berlomba-lomba menciptakan program-program acara yang dapat menarik
perhatian publik. Tak jarang konten acara yang diciptakan pun terkesan hanya
untuk menghibur tanpa ada nilai-nilai moral di dalamnya.
Persaingan
yang ketat antar stasiun televisi menuntut masing-masing stasiun untuk menyusun
strategi yang dapat menaikkan rating stasiun tersebut. Jika kita perhatikan,
program drama seri menjadi salah satu program yang sedang naik daun sekarang
ini. Dari drama seri Korea, India, bahkan Turki ditayangkan oleh beberapa
stasiun televisi. Tetapi yang menjadi
masalah adalah stasiun-stasiun televisi tersebut terkesan “latah” atau
ikut-ikutan semata. Mengapa demikian? Mengejar rating adalah salah satu faktor
utama penyebab latahnya beberapa stasiun televisi. Hal tersebut bisa kita lihat
dari penayangan drama seri India yang awalnya hanya tayang di satu stasiun
televisi namun berkembang ke beberapa stasiun televisi lain. Begitupula dengan
drama seri Turki. Sisi komersil sangat terlihat jelas dari penayangan drama
seri ini. Ketika drama seri ditayangkan di salah satu stasiun televisi dan rating-nya
langsung meningkat drastis, itu menunjukkan bahwa program acara tersebut dapat
menarik perhatian khalayak. Hal itulah yang kemudian diikuti oleh stasiun
televisi lain dengan harapan dapat menaikkan rating mereka juga. Padahal
masing-masing stasiun televisi seharusnya lebih kreatif dalam menciptakan
berbagai program acara yang dapat menjadi ciri khas mereka dan dapat
menciptakan perbedaan tanpa ada embel-embel tiru-meniru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar