Total Tayangan Halaman

Kamis, 03 Desember 2015

Konsep Diri Dalam Komunikasi Bisnis

Konsep diri

Konsep diri yang positif merupakan hal penting dalam suatu komunikasi bisnis yang berhasil. Apa yang anda katakan kepada diri anda mengenai diri anda sendiri (komunikasi intrapersona) akan meningkatkan atau mengurangi konsep diri anda. Umpan balik yang datang dari orang lain dapat dirasakan sebagai hal yang positif atau negatif.
Konsep diri merupakan penyaring semua informasi yang datang kepada seorang individu. Semakin realistis dan positif konsep diri tersebut, semakin responsif pegawai tersebut mencari dan menghadirkan umpan balik yang efektif.
Komunikator bisnis membawa konsep diri yang relatif stabil ke dalam presentasi bisnis, wawancara, dan bentuk-bentuk komunikasi lainnya. Konsep diri yang negatif sulit dimodifikasi. Seseorang yang memiliki pengalaman negatif dalam memproses kesan diri cenderung menemukan isyarat-isyarat negatif dalam lingkungan. Kecenderungan ini disebut ramalan pemenuhan diri (self fulfilling prophery).

Hubungan

Rasa harga diri dan iklim yang mendukung merupakan prasyarat bagi terciptanya suatu hubungan bisnis yang berhasil. Adanya hubungan yang produktif dan profesional dalam lingkungan bisnis merupakan hal penting bagi tim kerja dan akan menimbulkan produktivitas yang efektif.
Untuk menjadi seorang komunikator bisnis yang efektif, haruslah mempertimbangkan komponen pokok hubungan bisnis – kepuasan kebutuhan antarpersona.
William schutz (1966) mengidentifikasi tiga kebutuhan antarpersona dasar: inklusi (dilibatkan), kotrol, dan afeksi (kasih sayang).
·         Seseorang dengan kebutuhan inklusi yang tinggi mencari pengakuan dalam suatu organisasi. Jenis pegawai seperti ini mencari pengakuan berganda. Orang tersebut akan melawan ketakutan dengan memaksa orang lain untuk memberikan perhatian kepadanya.
·         Seseorang dengan kebutuhan inklusi yang rendah mencari lebih sedikit hubungan dan memiliki sedikit kebutuhan mengenai jarak penglihatan. Orang seperti ini mungkin merupakan tipe orang yang mandiri dan mampu bekerja sama dengan baik.

Kebutuhan akan kontrol berhubungan dengan suatu harapan akan kekuasaan, perasaan menjadi seorang pemimpin dan pemegang wewenang yang berhak mengubah lingkungan. Seseorang dengan kebutuhan kontrol yang tinggi berharap menjadi pemimpin. Seseorang yang kebutuhan inklusinya rendah dan kebutuhan kontrolnya yang tinggi mungkin belajar bagaimana memanipulasi orang lain agar memperoleh peluangnya secara tidak langsung. Sseseorang dengan kebutuhan inklusi dan kontrol yang tinggi mungkin berupaya mendominasi situasi secara langsung. Sebaliknya, orang-orang yang kebutuhan kontrolnya rendah dan kebutuhan penerimaan wewenangnya tinggi seringkali merupakan bawahan yang setia.
Kebutuhan yang ketiga memberikan alasan yang penting dalam hal pemilihan hubungan, yaitu kebutuhan akan afeksi (kasih sayang). Afeksi diekspresikan dengan memberikan “belaian” –indikasi verbal dan nonverbal mengenai perilaku pegawai yang dinilai oleh orang lain dalam kelompok kerja. Orang-orang dengan kebutuhan afeksi yang tinggi akan mencari hubungan yang hangat dan intim. Sementara itu, seseorang dengan kebutuhan afeksi yang rendah seringkali menjadi seseorang yang dingin.


Keterbukaan

Hubungan yang kuat dan produktif didasari oleh pemenuhan bersama dalam hal kebutuhan berinteraksi dengan orang lain. Keterbukaan melibatkan penyingkapan terhadap orang lain, pelaporan reaksi untuk menstimuli dengan jujur dan “pemilikan” perasaan.
De Vito (1989) mengatakan, “Kita menginginkan orang-orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita katakanmengharapkannya, dan kita berhak mengharapkannya. Kita menunjukkan keterbukaan dengan memberikan tanggapan secara spontan dan tanpa adanya alasan komunikasi dan umpan balik orang lain” (h.96).

Tingkat penyingkapan

Powell (1969) menyarankan bahwa terdapat tingkat kedalaman dalam komunikasi orang-orang.
·         Tingkat 1, yaitu tingkat komunikasi paling dasar, melibatkan rutinitas atau ritual. Melalui tingkat keterbukaan awal seperti ini kita menegaskan orang lain-kita menyadari kehadiran mereka dan mereka adalah orang-orang dalam lingkungan kita.
Contoh : menanyakan kabar kepada orang lain.
·         Tingkat 2, yaitu komunikasi yang melibatkan percakapan informasi umum, informasi ini tidak rahasia dan tidak mengancam seseorang untuk berbagi informasi.
·         Tingkat 3, yaitukomunikasi yang melibatkan penyingkapan opini, kepercayaan, dan nilai. Seseorang yang bijaksana akan akan membagi informasi yang dimilikinya hanya dengan oranng yang ia percaya. Tingkat pembagian ini merupakan awal hubungan yang dikenal sebagai pesahabatan.
·         Tingkat 4, yaitu komunikasi yang melibatkan perasaan. Gagasan pembagian perasaan pribadi dengan orang lain dapat menjadi suatu ancaman.
·         Tingkat 5, yaitu komunikasi dicadangkan untuk keadaan khusus pada hubungan-hubungan yang khusus. Tingkat ini disebut dengan istilah komunikasi puncak atau komunikasi intim.

Gaya komunikasi organisasional

Keterbukaan merupakan hal yang penting dalam hubungan bisnis yang efektif. Iklim yang diciptakan dalam sebuah organisasi dapat mendorong atau menghambat keterbukaan, bergantung kepada gaya komunikasi ke bawah. Komunikasi ke bawah merupakan alat komunikasi yang digunakan manajemen tingkat atas untuk mengirimkan pesan kepada para bawahan.
Manajemen otokrasi bergantung kepada komunikasi otokrasi yang terdiri dari sejumlah pesan instruksi yang dikirimkan oleh berbagai saluran organisasi. Gaya seperti ini sering digunakan oleh orang-orang tua yang bersifat sangat memerintah untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya. Gaya seperti ini sama sekali tidak terbuka. Suatu gaya yang lebih tepat untuk sebagian besar organisasi adalah gaya demokratik. Di sini, premi ditempatkan di atas persamaan komunikasi relatif. Apa yang dikomunikasikan merupakan suatu pengertian yang nilainya dimiliki oleh setiap orang dan orang yang dapat memberikan informasi.

Tugas dan hubungan

Setiap peristiwa komunikasi meliputi dimensi tugas dan hubungan. Dimensi tugas meliputi faktor-faktor seperti informasi pekerjaan, prosedur organisasi, rencana pemasaran, dan informasi lainnya yang diperlukan untuk melengkapi prosedur pelayanan, penjualan, atau pabrikasi. Dimensi hubungan meliputi fakta-fakta yang menyatakan bahwa kita dianggap memenuhi syarat untuk menjadi ketua tim, dan penyelia memberikan kepercayaan itu kepada kita.

Iklim

Gibb (1961) membagi iklim ke dalam dua kategori yaitu iklim bertahan dan iklim mendukung.
Kreps (1986) menyatakan bahwa iklim organisasi adalah sifat emosional intern organisasi yang didasarka pada bagaimana senangnya para anggota organisasi terhadap satu sama lain dan terhadap organisasi.
Iklim suatu organisasi terutama berkembang dari perilaku dan tindakan manajemen serta iklim ini diperlihatkan oleh perilaku anggota organisasi khusus.

Karakteristik iklim komunikasi yang mendukung karakteristik yang bertahan
Iklim bertahan
Iklim mendukung
·         Evaluasi
·         Kontrol
·         Strategi
·         Kenetralan
·         Keunggulan
·         Kepastian
·         Deskripsi
·         Orientasi masalah
·         Spontanitas
·         Empati
·         Kesamaan
·         Provisionalisme

Komunikasi yang tampaknya bersifat evaluatif, menyalahkan, menimbang, dan sebagainya cenderung meningkatkan sikap bertahan orang-orang.
Evaluasi. Perilaku evaluatif yang negatif seringkali meningkatkan tanggapan bertahan.
Deskripsi. Deskripsi secara sederhana berarti para anggota organisasi memusatkan pesan-pesan mereka pada peristiwa-peristiwa yang dapat diamati dan mengurangi referensi mengenai reaksi-reaksi subjektif atau emosional.
Kontrol/orientasi masalah. Mengendalikan berarti berupaya memanipulasi orang lain, menentukan tingkah laku atau sikap kepada orang lain, atau menghentikan tindakan yang diharapkan orang atau kelompok lain.
Orientasi masalah, merupakan suatu penangkal strategi kontrol dalam suatu organisasi.
Strategi/spontanitas. Perilaku bertahan dirangsang ketika para anggota suatu organisasi menggunakan strategi dalam berkomunikasi dengan anggota yang lainnya.
Kenetralan/empati. Perilaku netral memperlakukan orang lain lebih dari sekedar objek, bukan sebagai manusia.
Keunggulan/kesamaan. Ketidaksamaan merupakan suatu kesan yang patut disayangkan yang tercipta dalam suatu organisasi. Sikapkeunggulan menjadi nyata melalui penggunaan posisi, wewenang, kemampuan intelektual, kekayaan, kekuatan fisik, atau daya tarik untuk memperoleh persetujuan.
Kepastian/provisionalisme. Orang yang bersifat provisional bersedia bersifat sementara dalam penilaian mengenai hal-hal terbaik.
Pada dasarnya, budaya perusahaan merupakan iklim komunikasi. Iklim tersebut menceminkan tingkat kesenangan dalam organisasi.

Gaya manajemen antarpersona

Mcgregor (1960) mempersembahkan suatu pemikiran yang telah menjadi suatu dikotomi klasik antara apa yang ia istilahkan dengan prilaku manajemen teori x dan teori y. Menurut mcgregor, beberapa orang yang menduduki posisi sebagai penyelia (para manajer teori x), melalui perilaku mereka, menyatakan bahwa mereka yakin sebagian besar orang memiliki sifat tidak menyukai pekerjaannya, dan bila mungkin, ingin menghindarinya. Para manajer teori x yakin bahwa tanggung jawabmereka adalah mengendalikan, mengancam, mengarahkan, dan mengatur aktivitas para bawahan. Gaya manajemen teori Y dari mcgregor mencerminkan sekumpulan kepercayaan yang kontras mengenai sifat manusia. Teori Y menyajikan pandangan yang paling positif mengenai hubungan manusia dalam manajemen organisasi yang efektif.
Dwiggins (1986) menggambarkan teori Z dimana suatu transisi dari struktur kekuatan atas-bawah ke struktur yang kekuatan di dalamnya terbagi ke seluruh tingkatan.
Menurut Joiner, sistem manajemen teori Z gaya Jepang harus diperkenalkan melalui serangkaian langkah yang merupakan tujuan yang agung dan bermanfaat, yaitu:
1.      Membangun sebuah tim manajemen terpadu
2.      Menciptakan dan mengkomunikasikan arah masa datang
3.      Menentukan sistem penyokong antarperusahaan yang kuat
4.      Menciptakan struktur organisasi yang partisipatif

Motivasi Dalam Organisasi

Herzberg (1966) memperkenalkan teori motivasi dua faktor. Menurutnya, faktor-faktor yang sering membuat frustasi para pegawai tidak sama dengan faktor yang menyebabkan motivasi. Ia mengamati bahwa dua jenis kebutuhan yang berbeda harus dipenuhi dengan cara yang sangat berbeda agar terjadi kepuasan dan motivasi dalam organisasi bisnis.
Herzberg (1987) juga memperkenalkan teori motivasi-dasar dimana para pegawai di seluruh dunia temotivasi oleh kebutuhan sifat dasar mereka sendiri utuk berhasil dalam tugas-tugas yang menantang, bukan termotivasi oleh keuntungan yang lebih besar, simbol status baru, atau upah yang lebih tinggi.

Teori Manajemen Antarpersona Lain

Bale dan Mouton (1964, 1991) menjelaskan bahwa para manajer dapat dikategorikan berdasarkan pada cara mereka berinteraksi dengan para pegawai yang berkaitan dengan dua masalah utama yaitu perhatian terhadap produksi dan perhatian terhadap orang-orang.
Para teoritikus mengidentifikasi lima gaya kepemimpinan yang ditentukan oleh tinggi-rendahnya perhatian manajer, baik terhadap produksi maupun terhadap orang-orang. Kelima gaya tersebut adalah:
·         Gaya manajemen miskin : jenis pemimpin ini tidak peka terhadap kebutuhan orang-orang atau organisasi dan melepaskan wewenang kepada orang lain.
·         Gaya country club : pemimpin menaruh perhatian yang tinggi terhadap orang-orang namun perhatiannya rendah terhadap tugas.
·         Gaya pemenuhan wewenang : pemimpin memiliki perhatian yang tinggi terhadap tugas namun rendah terhadap orang-orang.
·         Gaya pertengahan jalan : pemimpin menaruh perhatian yang seimbang antara penyelesaian tugas dan orang-orang.
·         Gaya kepemimpinan kelompok : pemimpin  tertarik pada pembuatan keputusan yang efektif yang akan membantu pencapaian tujuan organisasi dan mencerminkan gagasan dan tujuan para anggota organisasi.

Kekuasaan dan Konflik

Kekuasaan merupakan suatu pengaruh yang mengakui bahwa seseorang memiliki kekuasaan terhadap orang lain dan bedasar pada ketergantungan orang lain. Apabila terjadi persaingan kekuasaan dalam suatu organisasi, maka muncullah konflik.
Filley (1975) mengidentifikasi empat keuntungan utama konflik :
1.      Banyak situasi konflik memiliki efek penyebaran konflik yang lebih serius. Ketidaksetujuan yang muncul seringkali mengurangi berbagai kemungkinan yang ada sehingga timbullah berbagai konflik yang lebih besar.
2.      Situasi konflik menuntun kita untuk memperoleh informasi baru, cara-cara baru dalam memandang sesuatu.
3.      Konflik antarkelompok bertujuan untuk meningkatkan kepaduan kelompok.
4.      Konflik memberikan peluang kepada para individu atau kelompok untuk mengukur kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan mereka karena peluang tersebut berada dalam situasi konflik sehhingga kualitas pada situasi itu dapat digerakkan ke puncak karier mereka.

Manajemen konflik

De Vito menggambarkan model humanistis dari suatu komunikasi antarpersona yang efektif. Yaitu :
1.      Keterbukaan, pernyataan pikiran dan perasaan secara terbuka, langsung dan jujur.
2.      Empati, pengesahan perasaan orang lain.
3.      Sikap mendukung, perhatian yang logis terhadap masalah, spontan, dan berempati.
4.      Sikap positif, upaya untuk mengadakan situasi win-win.
5.      Kesamaan, pemberian waktu yang sebanding kepada pihak lain pada saat pengungkapan perhatian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar