Total Tayangan Halaman

Jumat, 18 Desember 2015

Dominasi Iklan Pada Televisi

Perkembangan iklan di zaman modern sekarang ini sangatlah mengesankan terutama pada media penyiaran televisi. Pengertian iklan sendiri adalah salah satu cara untuk mempromosikan produk agar dapat dikenal dan diketahui oleh khalayak ramai. Menurut para ahli yaitu Courtland L. Bovee ” Iklan adalah komunikasi nonpersonal informasi biasanya dibayar dan biasanya persuasif di alam tentang produk, jasa atau ide oleh sponsor diidentifikasi melalui berbagai media.” (Bovee, 1992, hal 7.). Berbagai macam iklan dibuat dengan kreativitas yang luar biasa seperti memberi alur cerita seperti sebuah film pendek, memanfaatkan teknologi canggih untuk membuat animasi, menggunakan artis terkenal sebagai bintang iklan, membuat cerita yang unik dan lucu, dan masih banyak strategi-strategi lain yang digunakan tentu untuk menarik perhatian khalayak.
Lebih dari 50% tayangan di televisi adalah iklan. Dapat dikatakan bahwa iklan merupakan sumber pemasukan terbesar bagi media. Tak dapat dipungkiri bahwa iklan merupakan gudang uang yang dapat meningkatkan ekonomi media tersebut karena dapat meraup keuntungan yang besar hanya dari iklan. Bagaimana tidak? Dilansir dari http://iklan-tv.heck.in/ , tarif pemasangan iklan di televisi berkisar antara 6 juta hingga 16 juta rupiah per 30 detik sesuai dengan jam-jam tertentu. Jam 00.00-05.00 tarif iklan berkisar antara 5-7 juta per 15-30 detik. Jam 05.00-08.00 berkisar antara 7-9 juta per 15-30 detik. Jam 08.00-12.00 berkisar antara 6-8 juta per 15-30 detik. Jam 12.00-13 berkisar antara 7-9 juta. Jam 13.00-17.00 berkisar antara 6-8 juta. Jam 17.00-21.00 berkisar antara 12-14 juta per 15-30 detik. Dan jam 21.00-00.00 berkisar antara 7-9 juta per 15-30 detik. Tarif termahal dikarenakan iklan tersebut diletakkan pada saat prime time antara jam 17.00 hingga 21.00. Pada saat inilah biasanya semua keluarga berkumpul untuk menonton televisi. Tidak hanya itu, peletakkan iklan pada program siaran langsung juga mempengaruhi mahalnya tarif pemasangan iklan. Bagi perusahaan-perusahaan besar yang ingin mempromosikan produknya, tarif bukanlah sebuah masalah besar. Justru mereka berlomba-lomba untuk memasang iklan dengan tarif yang mahal agar mendapat keuntungan yang lebih juga. Seperti halnya produk mereka dapat dilihat oleh banyak orang.
Jika kita amati, pada saat ini ada fenomena yang baru dan unik dalam pemasangan iklan. Dimana iklan tidak hanya ditayangkan sesudah acara namun juga ditayangkan pada saat acara tersebut berlangsung. Seperti halnya ketika kita sedang menonton sebuah acara televisi, tiba-tiba muncul iklan suatu produk di acara tersebut. Biasanya acara yang sedang berlangsung akan menciut menjadi kecil dan sisanya didominasi oleh iklan. Tentu hal seperti ini banyak kita temui pada saat kita sedang menonton televisi. Tidak hanya itu, di salah satu stasiun televisi ada iklan yang dipasang di dalam sinetron. Iklan tersebut diatur sedemikian rupa hingga dapat berada di dalam sinetron yaitu dengan membuat seolah-olah baliho sehingga ketika penonton melihat adegan di sinetron tersebut, penonton juga dapat melihat baliho iklan produk tertentu di dalamnya. Tentu banyak yang beranggapan bahwa hal tersebut sangat mengganggu keindahan gambar dari sebuah sinetron namun sisi komersil-lah yang diperhitungkan oleh pengiklan dan stasiun televisi. Selain itu, iklan juga dikemas dalam bentuk tiga dimensi (3D). Biasanya iklan seperti ini muncul pada saat acara berlangsung secara live seperti acara musik, penghargaan (award), dan lain-lain. Contohnya pada saat acara berlangsung, pembawa acara mempromosikan tentang produk yang menjadi sponsor acara tersebut diikuti dengan animasi 3D di sampingnya, seperti produk tersebut seolah-olah jatuh dari atas dan membuat panggung menjadi retak. Hal seperti ini tentu tidak jarang kita jumpai.
Pada dasarnya, perkembangan penempatan iklan di media televisi berpengaruh besar terhadap pendapatan stasiun televisi tersebut. Wajar bila iklan sangat mendominasi tayangan di televisi. Apalagi di zaman sekarang media banyak yang dijadikan sebagai lahan bisnis ketimbang jendela masyarakat.

Jumat, 04 Desember 2015

Pemanfaatan Aplikasi Online Dalam Sistem Pemesanan Sarana Transportasi (Go-jek)

Kehadiran teknologi komunikasi yang semakin canggih membuat masyarakat semakin berinovasi dalam memanfaatkan teknologi komunikasi tersebut. Contohnya  yaitu dengan memanfaatkan teknologi komunikasi sebagai sarana untuk berbisnis. Masyarakat menganggap teknologi komunikasi sangat mempermudah aktivitas mereka terutama dalam hal bisnis. Ada banyak jenis bisnis yang memanfaatkan teknologi komunikasi mulai dari menjual pakaian, sepatu, tas, dan lain-lain. Bahkan baru-baru ini masyarakat di kota Jakarta dimanjakan dengan aplikasi layanan ojek online dan pemesanan taxi secara online. Layanan ini merupakan terobosan baru dalam memesan jasa transportasi di Jakarta.
Terobosan usaha di bidang transportasi ini dimulai beberapa bulan yang lalu. Ide yang sangat cemerlang dari Nadiem Makarim (CEO Go-jek) dalam memanfaatkan teknologi komunikasi banyak dimiliki oleh masyarakat. Transaksi ojek yang biasanya konvensional, saat ini telah di implementasikan dalam aplikasi handphone android, sehingga tukang ojek sebagai vendor dan pelanggan sebagai user, tidak harus bertatap muka untuk transaksi, tapi cukup dengan menggunakan aplikasi di HP mereka. Dan dengan harga perangkat smartphone yang semakin murah, bukan hal aneh jika seluruh vendor ojek memiliki perangkat tersebut, dan bisnis pun berjalan. Layanan yang diberikan pun tidak hanya jasa ojek tetapi juga pengiriman barang, serta jasa jemputan untuk anak sekolah. Tidak hanya itu, para pengguna layanan go-jek ini nantinya akan mendapatkan masker gratis. Para pengendara go-jek pun juga memiliki seragam khusus yang berwarna hijau sehingga dapat menjadi label atau ciri khas dari go-jek itu sendiri.
Go-jek sendiri telah memiliki banyak driver atau karyawan yang bekerja di dalamnya. Go-jek mampu menjaring pekerja dari berbagai kalangan. Bahkan ada pekerja yang sudah memiliki pekerjaan tetap namun mengandalkan go-jek sebagai pekerjaan tambahannya. Potensial bisnis go-jek pun semakin lama semakin menjanjikan ditambah lagi dengan kemacetan kota Jakarta yang menjadikan go-jek sebagai transportasi yang paling ampuh untuk menembus kemacetan dan sampai tepat waktu di tempat tujuan.
Fenomena go-jek di Jakarta membuat masyarakat sangat antusias untuk mencoba aplikasi ini. Dari kalangan bawah hingga kalangan atas pun tak mau ketinggalan mencoba layanan modern ini. Pada awal berjalannya bisnis ini, perusahaan go-jek memberikan harga promo yaitu sebesar sepuluh ribu rupiah kemanapun pergi jauh ataupun dekat. Strategi ini cukup menyita perhatian masyarakat sehingga di awal berjalannya bisnis go-jek, mampu menjaring banyak pengguna. Apalagi gaya hidup masyarakat modern yang tidak mau ribet dan suka pada hal-hal yang praktis semakin menambah nilai go-jek itu sendiri. Di tambah lagi, go-jek memanfaatkan kecanggihan smartphone yang hampir seluruh masyarakat memilikinya terutama di kota Jakarta.
Jika kita amati, perusahaan go-jek merupakan salah satu contoh perusahaan yang solid dimana antar sesama pekerjanya memiliki ikatan kekeluargaan yang tinggi. Hal ini bisa dilihat dari kejadian-kejadian ataupun masalah-masalah yang menimpa go-jek. Seperti kecelakaan yang menewaskan salah satu pengendara go-jek, membuat para pengendara go-jek lainnya turut berempati dan menggelar aksi pengumpulan dana untuk membantu pembiayaan rumah sakit dari anak pengendara tersebut yang terbaring kritis di salah satu rumah sakit. Selain itu, pelayanan yang diberikan oleh go-jek terhadap penggunanya terbilang sangat baik, dimana go-jek memberikan fasilitas masker gratis kepada setiap penggunannya dan datang tepat waktu. Kemudian untuk para pengendaranya, perusahaan go-jek memberikan jaket seragam serta helm yang khusus berlabelkan go-jek dengan warna hijau yang tentunya telah menjadi identitas dari go-jek itu sendiri.
Pelayanan yang baik tidak hanya ditunjukkan dengan fasilitas-fasilitas yang diberikan tetapi juga bagaimana produsen berkomunikasi dengan konsumennya. Komunikasi dapat meningkatkan laba perusahaan dilihat dari fungsi komunikasi dalam meningkatkan goodwill (nama baik), meningkatkan hubungan baik dengan masyarakat, dn meningkatkan fungsi kepemimpinan. Peningkatan goodwill dan hubungan baik dengan masyarakat akan menyebabkan timbulnya kecenderungan konsumen untuk berhubungan lagi dengan perusahaan, yang selanjutnya menimbulkan loyalitas konsumen terhadap perusahaan. Dalam hal ini perusahaan dapat meyakinkan masyarakat luas bahwa konsumen diperlakukan dengan baik melalui pelayanan langsung oleh karyawan.




Kamis, 03 Desember 2015

Konsep Diri Dalam Komunikasi Bisnis

Konsep diri

Konsep diri yang positif merupakan hal penting dalam suatu komunikasi bisnis yang berhasil. Apa yang anda katakan kepada diri anda mengenai diri anda sendiri (komunikasi intrapersona) akan meningkatkan atau mengurangi konsep diri anda. Umpan balik yang datang dari orang lain dapat dirasakan sebagai hal yang positif atau negatif.
Konsep diri merupakan penyaring semua informasi yang datang kepada seorang individu. Semakin realistis dan positif konsep diri tersebut, semakin responsif pegawai tersebut mencari dan menghadirkan umpan balik yang efektif.
Komunikator bisnis membawa konsep diri yang relatif stabil ke dalam presentasi bisnis, wawancara, dan bentuk-bentuk komunikasi lainnya. Konsep diri yang negatif sulit dimodifikasi. Seseorang yang memiliki pengalaman negatif dalam memproses kesan diri cenderung menemukan isyarat-isyarat negatif dalam lingkungan. Kecenderungan ini disebut ramalan pemenuhan diri (self fulfilling prophery).

Hubungan

Rasa harga diri dan iklim yang mendukung merupakan prasyarat bagi terciptanya suatu hubungan bisnis yang berhasil. Adanya hubungan yang produktif dan profesional dalam lingkungan bisnis merupakan hal penting bagi tim kerja dan akan menimbulkan produktivitas yang efektif.
Untuk menjadi seorang komunikator bisnis yang efektif, haruslah mempertimbangkan komponen pokok hubungan bisnis – kepuasan kebutuhan antarpersona.
William schutz (1966) mengidentifikasi tiga kebutuhan antarpersona dasar: inklusi (dilibatkan), kotrol, dan afeksi (kasih sayang).
·         Seseorang dengan kebutuhan inklusi yang tinggi mencari pengakuan dalam suatu organisasi. Jenis pegawai seperti ini mencari pengakuan berganda. Orang tersebut akan melawan ketakutan dengan memaksa orang lain untuk memberikan perhatian kepadanya.
·         Seseorang dengan kebutuhan inklusi yang rendah mencari lebih sedikit hubungan dan memiliki sedikit kebutuhan mengenai jarak penglihatan. Orang seperti ini mungkin merupakan tipe orang yang mandiri dan mampu bekerja sama dengan baik.

Kebutuhan akan kontrol berhubungan dengan suatu harapan akan kekuasaan, perasaan menjadi seorang pemimpin dan pemegang wewenang yang berhak mengubah lingkungan. Seseorang dengan kebutuhan kontrol yang tinggi berharap menjadi pemimpin. Seseorang yang kebutuhan inklusinya rendah dan kebutuhan kontrolnya yang tinggi mungkin belajar bagaimana memanipulasi orang lain agar memperoleh peluangnya secara tidak langsung. Sseseorang dengan kebutuhan inklusi dan kontrol yang tinggi mungkin berupaya mendominasi situasi secara langsung. Sebaliknya, orang-orang yang kebutuhan kontrolnya rendah dan kebutuhan penerimaan wewenangnya tinggi seringkali merupakan bawahan yang setia.
Kebutuhan yang ketiga memberikan alasan yang penting dalam hal pemilihan hubungan, yaitu kebutuhan akan afeksi (kasih sayang). Afeksi diekspresikan dengan memberikan “belaian” –indikasi verbal dan nonverbal mengenai perilaku pegawai yang dinilai oleh orang lain dalam kelompok kerja. Orang-orang dengan kebutuhan afeksi yang tinggi akan mencari hubungan yang hangat dan intim. Sementara itu, seseorang dengan kebutuhan afeksi yang rendah seringkali menjadi seseorang yang dingin.


Keterbukaan

Hubungan yang kuat dan produktif didasari oleh pemenuhan bersama dalam hal kebutuhan berinteraksi dengan orang lain. Keterbukaan melibatkan penyingkapan terhadap orang lain, pelaporan reaksi untuk menstimuli dengan jujur dan “pemilikan” perasaan.
De Vito (1989) mengatakan, “Kita menginginkan orang-orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita katakanmengharapkannya, dan kita berhak mengharapkannya. Kita menunjukkan keterbukaan dengan memberikan tanggapan secara spontan dan tanpa adanya alasan komunikasi dan umpan balik orang lain” (h.96).

Tingkat penyingkapan

Powell (1969) menyarankan bahwa terdapat tingkat kedalaman dalam komunikasi orang-orang.
·         Tingkat 1, yaitu tingkat komunikasi paling dasar, melibatkan rutinitas atau ritual. Melalui tingkat keterbukaan awal seperti ini kita menegaskan orang lain-kita menyadari kehadiran mereka dan mereka adalah orang-orang dalam lingkungan kita.
Contoh : menanyakan kabar kepada orang lain.
·         Tingkat 2, yaitu komunikasi yang melibatkan percakapan informasi umum, informasi ini tidak rahasia dan tidak mengancam seseorang untuk berbagi informasi.
·         Tingkat 3, yaitukomunikasi yang melibatkan penyingkapan opini, kepercayaan, dan nilai. Seseorang yang bijaksana akan akan membagi informasi yang dimilikinya hanya dengan oranng yang ia percaya. Tingkat pembagian ini merupakan awal hubungan yang dikenal sebagai pesahabatan.
·         Tingkat 4, yaitu komunikasi yang melibatkan perasaan. Gagasan pembagian perasaan pribadi dengan orang lain dapat menjadi suatu ancaman.
·         Tingkat 5, yaitu komunikasi dicadangkan untuk keadaan khusus pada hubungan-hubungan yang khusus. Tingkat ini disebut dengan istilah komunikasi puncak atau komunikasi intim.

Gaya komunikasi organisasional

Keterbukaan merupakan hal yang penting dalam hubungan bisnis yang efektif. Iklim yang diciptakan dalam sebuah organisasi dapat mendorong atau menghambat keterbukaan, bergantung kepada gaya komunikasi ke bawah. Komunikasi ke bawah merupakan alat komunikasi yang digunakan manajemen tingkat atas untuk mengirimkan pesan kepada para bawahan.
Manajemen otokrasi bergantung kepada komunikasi otokrasi yang terdiri dari sejumlah pesan instruksi yang dikirimkan oleh berbagai saluran organisasi. Gaya seperti ini sering digunakan oleh orang-orang tua yang bersifat sangat memerintah untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya. Gaya seperti ini sama sekali tidak terbuka. Suatu gaya yang lebih tepat untuk sebagian besar organisasi adalah gaya demokratik. Di sini, premi ditempatkan di atas persamaan komunikasi relatif. Apa yang dikomunikasikan merupakan suatu pengertian yang nilainya dimiliki oleh setiap orang dan orang yang dapat memberikan informasi.

Tugas dan hubungan

Setiap peristiwa komunikasi meliputi dimensi tugas dan hubungan. Dimensi tugas meliputi faktor-faktor seperti informasi pekerjaan, prosedur organisasi, rencana pemasaran, dan informasi lainnya yang diperlukan untuk melengkapi prosedur pelayanan, penjualan, atau pabrikasi. Dimensi hubungan meliputi fakta-fakta yang menyatakan bahwa kita dianggap memenuhi syarat untuk menjadi ketua tim, dan penyelia memberikan kepercayaan itu kepada kita.

Iklim

Gibb (1961) membagi iklim ke dalam dua kategori yaitu iklim bertahan dan iklim mendukung.
Kreps (1986) menyatakan bahwa iklim organisasi adalah sifat emosional intern organisasi yang didasarka pada bagaimana senangnya para anggota organisasi terhadap satu sama lain dan terhadap organisasi.
Iklim suatu organisasi terutama berkembang dari perilaku dan tindakan manajemen serta iklim ini diperlihatkan oleh perilaku anggota organisasi khusus.

Karakteristik iklim komunikasi yang mendukung karakteristik yang bertahan
Iklim bertahan
Iklim mendukung
·         Evaluasi
·         Kontrol
·         Strategi
·         Kenetralan
·         Keunggulan
·         Kepastian
·         Deskripsi
·         Orientasi masalah
·         Spontanitas
·         Empati
·         Kesamaan
·         Provisionalisme

Komunikasi yang tampaknya bersifat evaluatif, menyalahkan, menimbang, dan sebagainya cenderung meningkatkan sikap bertahan orang-orang.
Evaluasi. Perilaku evaluatif yang negatif seringkali meningkatkan tanggapan bertahan.
Deskripsi. Deskripsi secara sederhana berarti para anggota organisasi memusatkan pesan-pesan mereka pada peristiwa-peristiwa yang dapat diamati dan mengurangi referensi mengenai reaksi-reaksi subjektif atau emosional.
Kontrol/orientasi masalah. Mengendalikan berarti berupaya memanipulasi orang lain, menentukan tingkah laku atau sikap kepada orang lain, atau menghentikan tindakan yang diharapkan orang atau kelompok lain.
Orientasi masalah, merupakan suatu penangkal strategi kontrol dalam suatu organisasi.
Strategi/spontanitas. Perilaku bertahan dirangsang ketika para anggota suatu organisasi menggunakan strategi dalam berkomunikasi dengan anggota yang lainnya.
Kenetralan/empati. Perilaku netral memperlakukan orang lain lebih dari sekedar objek, bukan sebagai manusia.
Keunggulan/kesamaan. Ketidaksamaan merupakan suatu kesan yang patut disayangkan yang tercipta dalam suatu organisasi. Sikapkeunggulan menjadi nyata melalui penggunaan posisi, wewenang, kemampuan intelektual, kekayaan, kekuatan fisik, atau daya tarik untuk memperoleh persetujuan.
Kepastian/provisionalisme. Orang yang bersifat provisional bersedia bersifat sementara dalam penilaian mengenai hal-hal terbaik.
Pada dasarnya, budaya perusahaan merupakan iklim komunikasi. Iklim tersebut menceminkan tingkat kesenangan dalam organisasi.

Gaya manajemen antarpersona

Mcgregor (1960) mempersembahkan suatu pemikiran yang telah menjadi suatu dikotomi klasik antara apa yang ia istilahkan dengan prilaku manajemen teori x dan teori y. Menurut mcgregor, beberapa orang yang menduduki posisi sebagai penyelia (para manajer teori x), melalui perilaku mereka, menyatakan bahwa mereka yakin sebagian besar orang memiliki sifat tidak menyukai pekerjaannya, dan bila mungkin, ingin menghindarinya. Para manajer teori x yakin bahwa tanggung jawabmereka adalah mengendalikan, mengancam, mengarahkan, dan mengatur aktivitas para bawahan. Gaya manajemen teori Y dari mcgregor mencerminkan sekumpulan kepercayaan yang kontras mengenai sifat manusia. Teori Y menyajikan pandangan yang paling positif mengenai hubungan manusia dalam manajemen organisasi yang efektif.
Dwiggins (1986) menggambarkan teori Z dimana suatu transisi dari struktur kekuatan atas-bawah ke struktur yang kekuatan di dalamnya terbagi ke seluruh tingkatan.
Menurut Joiner, sistem manajemen teori Z gaya Jepang harus diperkenalkan melalui serangkaian langkah yang merupakan tujuan yang agung dan bermanfaat, yaitu:
1.      Membangun sebuah tim manajemen terpadu
2.      Menciptakan dan mengkomunikasikan arah masa datang
3.      Menentukan sistem penyokong antarperusahaan yang kuat
4.      Menciptakan struktur organisasi yang partisipatif

Motivasi Dalam Organisasi

Herzberg (1966) memperkenalkan teori motivasi dua faktor. Menurutnya, faktor-faktor yang sering membuat frustasi para pegawai tidak sama dengan faktor yang menyebabkan motivasi. Ia mengamati bahwa dua jenis kebutuhan yang berbeda harus dipenuhi dengan cara yang sangat berbeda agar terjadi kepuasan dan motivasi dalam organisasi bisnis.
Herzberg (1987) juga memperkenalkan teori motivasi-dasar dimana para pegawai di seluruh dunia temotivasi oleh kebutuhan sifat dasar mereka sendiri utuk berhasil dalam tugas-tugas yang menantang, bukan termotivasi oleh keuntungan yang lebih besar, simbol status baru, atau upah yang lebih tinggi.

Teori Manajemen Antarpersona Lain

Bale dan Mouton (1964, 1991) menjelaskan bahwa para manajer dapat dikategorikan berdasarkan pada cara mereka berinteraksi dengan para pegawai yang berkaitan dengan dua masalah utama yaitu perhatian terhadap produksi dan perhatian terhadap orang-orang.
Para teoritikus mengidentifikasi lima gaya kepemimpinan yang ditentukan oleh tinggi-rendahnya perhatian manajer, baik terhadap produksi maupun terhadap orang-orang. Kelima gaya tersebut adalah:
·         Gaya manajemen miskin : jenis pemimpin ini tidak peka terhadap kebutuhan orang-orang atau organisasi dan melepaskan wewenang kepada orang lain.
·         Gaya country club : pemimpin menaruh perhatian yang tinggi terhadap orang-orang namun perhatiannya rendah terhadap tugas.
·         Gaya pemenuhan wewenang : pemimpin memiliki perhatian yang tinggi terhadap tugas namun rendah terhadap orang-orang.
·         Gaya pertengahan jalan : pemimpin menaruh perhatian yang seimbang antara penyelesaian tugas dan orang-orang.
·         Gaya kepemimpinan kelompok : pemimpin  tertarik pada pembuatan keputusan yang efektif yang akan membantu pencapaian tujuan organisasi dan mencerminkan gagasan dan tujuan para anggota organisasi.

Kekuasaan dan Konflik

Kekuasaan merupakan suatu pengaruh yang mengakui bahwa seseorang memiliki kekuasaan terhadap orang lain dan bedasar pada ketergantungan orang lain. Apabila terjadi persaingan kekuasaan dalam suatu organisasi, maka muncullah konflik.
Filley (1975) mengidentifikasi empat keuntungan utama konflik :
1.      Banyak situasi konflik memiliki efek penyebaran konflik yang lebih serius. Ketidaksetujuan yang muncul seringkali mengurangi berbagai kemungkinan yang ada sehingga timbullah berbagai konflik yang lebih besar.
2.      Situasi konflik menuntun kita untuk memperoleh informasi baru, cara-cara baru dalam memandang sesuatu.
3.      Konflik antarkelompok bertujuan untuk meningkatkan kepaduan kelompok.
4.      Konflik memberikan peluang kepada para individu atau kelompok untuk mengukur kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan mereka karena peluang tersebut berada dalam situasi konflik sehhingga kualitas pada situasi itu dapat digerakkan ke puncak karier mereka.

Manajemen konflik

De Vito menggambarkan model humanistis dari suatu komunikasi antarpersona yang efektif. Yaitu :
1.      Keterbukaan, pernyataan pikiran dan perasaan secara terbuka, langsung dan jujur.
2.      Empati, pengesahan perasaan orang lain.
3.      Sikap mendukung, perhatian yang logis terhadap masalah, spontan, dan berempati.
4.      Sikap positif, upaya untuk mengadakan situasi win-win.
5.      Kesamaan, pemberian waktu yang sebanding kepada pihak lain pada saat pengungkapan perhatian.

Rabu, 02 Desember 2015

Tahapan Organisasi




1.      Kelahiran
Tahap kelahiran merupakan tahap dimana  beberapa individu terpanggil menggunakan keahlian dan kemampuan mereka untuk menciptakan nilai. Mereka menaklukkan peluang tersebut dengan mendirikan sebuah organisasi untuk menghasilkan sesuatu, baik berupa produk atau jasa. Peluang tersebut perlu dipelihara dengan baik, jika menginginkan kelangsungan atau sustainabilitas dari masa hidup organisasi tersebut.
Pada tahap ini, tidak ada pemisahan dalam fungsi PR artinya PR hanya berfokus pada pemasaran serta pertumbuhan organisasi. PR harus mengevaluasi atau mencaritahu hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk mengembangkan organisasi ke tahap selanjutnya.

2.      Pertumbuhan
Tahap pertumbuhan adalah tahap siklus hidup organisasi dimana organisasi mampu mengembangkan nilai kreasi dan kompetensi sehingga  mendapatkan sumberdaya  tambahan.  Pertumbuhan ini memungkinkan organisasi meningkatkan pembagian kerja dan spesialisasi serta sekaligus mengembangkan keunggulan kompetitif. Pada tahap ini PR dipandang sempit sebagai bagian komunikasi pemasaran, dan kesadaran bekerjasama mulai tumbuh.

3.      Kedewasaan
Tahap kedewasaan merupakan  fase dimana terjadinya penurunan kinerja organisasi. Sifat transaksional sangat menonjol. anggota organisasi hanya memikirkan kotak organisasinya sendiri. Terjadi persaingan antar kotak dalam struktur organisasi. Karena sifat anggota organisasi yang sangat transaksional, maka setiap ada tambahan kerja dibuat struktur organisasi baru. Akhirnya struktur organisasi organisasi menjadi besar seperti seekor dinosaurus. Besarnya organisasi ini tidak diserati oleh suatu integrasi yang utuh. Keputusan dibuat sangat lambat dan komunikasi yang terjalin terasa kurang lancar. Dalam kondisi persaingan bisnis yang semakin tinggi tingkat turbulensinya, kondisi demikian ini akan sangat membahayakan organisasi.
            Pada tahap kedewasaan kegiatan PR diperluas menjadi PR keuangan, Employee Relations, mendukung pemasaran, tanggung jawab korporat, dan Community Relations.

4.      Kejatuhan
Tahap ini ditandai oleh menurunnya kinerja organisasi, lebih rendah kinerjanya dibandingkan dengan fase dewasa. Manajemen dan anggota organisasi tidak peka melihat ancaman bisnis yang bisa menghancurkan organisasi. Hal ini terjadi karena ketidakmampuan untuk melihat perubahan lingkungan bisnis dan ketidakmauan untuk melakukan perubahan. Organisasi masih berpegang pada prinsip bisnis yang lama yang sangat tidak sesuai dengan kondisi masa kini. Maka malapetaka datang dan organisasi pun harus melakukan tindakan yang memakan banyak korban, seperti melakukan pemutusan hubungan kerja.
Pada tahap ini PR dituntut untuk melakukan manajemen krisis/isu, serta mengelola harapan.


STUDI KASUS

Tahapan organisasi yang sedang dialami oleh Universitas Bengkulu

Universitas Bengkulu pada saat ini tengah berada pada fase atau tahap pertumbuhan. Tahap pertumbuhan ialah tahap dimana suatu organisasi mengembangkan kemampuan mereka untuk menciptakan suatu nilai dan kompetensi mereka untuk memperoleh sumber daya tambahan. Bisa dilihat bahwa saat ini Universitas Bengkulu telah memiliki beberapa fakultas serta program studi yang terus bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Hal tersebut membuktikan bahwa Universitas Bengkulu terus bertumbuh dan semakin mengembangkan potensi-potensi sumber daya manusia, seperti menambah jumlah dosen, memberi kesempatan bagi para dosen untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, dan lain-lain.
Tentu pencapaian Universitas Bengkulu hingga tahap pertumbuhan sekarang ini tak lepas dari peran serta Public Relations. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh PR Universitas Bengkulu pada tahap pertumbuhan, yaitu:

1.      Rumusan Masalah
PR akan mengumpulkan fakta yang nantinya akan dirumuskan permasalahan yang dihadapi oleh Universitas Bengkulu. Fase pertumbuhan merupakan fase yang rentan akan terjadinya permasalahan, seperti salah satunya adalah kendala pada sumber daya. Bagaimana caranya agar Universitas Bengkulu terus bertumbuh dan tidak berhenti menjadi salah satu masalah yang dihadapi oleh PR.
2.      Perencanaan dan Program
Setelah mendapatkan data atau fakta dari masalah yang dihadapi, PR akan menyusun rencana dan membentuk program yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pada tahap pertumbuhan, kreatifitas serta strategi PR dituntut untuk terus dapat mengembangkan Universitas Bengkulu ke tahap-tahap selanjutnya.
3.      Aksi dan Komunikasi
Pada tahap ini, PR akan mulai merealisasikan program-program yang telah direncanakan sebelumnya. Kegiatan promosi atau pemasaran menjadi fokus utama pada fase pertumbuhan. PR Universitas Bengkulu mulai bekerjasama dengan media-media lokal untuk menjadi perantara informasi dari Universitas Bengkulu kepada publik, seperti halnya memasang iklan di media elektronik mengenai penerimaan mahasiswa baru atau memberi informasi mengenai telah dibukanya program studi baru di Universitas Bengkulu dan lain-lain.
4.      Evaluasi
Tahap terakhir yaitu evaluasi. Pada tahap ini, PR akan melakukan evaluasi terhadap langkah-langkah yang telah diambil. Hal tersebut dilakukan guna untuk mengetahui berhasil atau tidaknya program yang telah dilaksanakan.



Fenomena “Latah” di Beberapa Stasiun Televisi

Perkembangan media di Indonesia sungguh mengagumkan terutama sejak reformasi tahun 1998. Momentum reformasi telah mengubah pandangan terhadap media dimana media tidak lagi tertutup dan terkekang tetapi telah berubah menjadi sumber keterbukaan dan perwujudan dari nilai-nilai demokrasi.
Beragam media dengan nama baru muncul dan menyapa para khalayak terutama pada media penyiaran televisi. Setelah Orde Baru, pemerintah yang berkuasa pada saat itu mulai membuka kesempatan bagi swasta untuk bersiaran. Stasiun televisi swasta yang pertama kali mengudara yaitu RCTI kemudian diikuti oleh SCTV, Antv, Indosiar, TPI, dan berbagai stasiun televisi lainnya. Berbagai stasiun televisi tersebut berlomba-lomba menciptakan program-program acara yang dapat menarik perhatian publik. Tak jarang konten acara yang diciptakan pun terkesan hanya untuk menghibur tanpa ada nilai-nilai moral di dalamnya.

Persaingan yang ketat antar stasiun televisi menuntut masing-masing stasiun untuk menyusun strategi yang dapat menaikkan rating stasiun tersebut. Jika kita perhatikan, program drama seri menjadi salah satu program yang sedang naik daun sekarang ini. Dari drama seri Korea, India, bahkan Turki ditayangkan oleh beberapa stasiun televisi. Tetapi  yang menjadi masalah adalah stasiun-stasiun televisi tersebut terkesan “latah” atau ikut-ikutan semata. Mengapa demikian? Mengejar rating adalah salah satu faktor utama penyebab latahnya beberapa stasiun televisi. Hal tersebut bisa kita lihat dari penayangan drama seri India yang awalnya hanya tayang di satu stasiun televisi namun berkembang ke beberapa stasiun televisi lain. Begitupula dengan drama seri Turki. Sisi komersil sangat terlihat jelas dari penayangan drama seri ini. Ketika drama seri ditayangkan di salah satu stasiun televisi dan rating-nya langsung meningkat drastis, itu menunjukkan bahwa program acara tersebut dapat menarik perhatian khalayak. Hal itulah yang kemudian diikuti oleh stasiun televisi lain dengan harapan dapat menaikkan rating mereka juga. Padahal masing-masing stasiun televisi seharusnya lebih kreatif dalam menciptakan berbagai program acara yang dapat menjadi ciri khas mereka dan dapat menciptakan perbedaan tanpa ada embel-embel tiru-meniru. 

Komunikasi Verbal dan Nonverbal Dalam Komunikasi Bisnis




Komunikasi terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, dimana saja dan kapan saja. Seolah telah menjadi kebutuhan pokok, komunikasi tak bisa lepas dari segala macam jenis kegiatan manusia karena dengan berkomunikasilah semua pesan dapat tersampaikan. Komunikasi menyentuh segala aspek kebutuhan kita. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 70% waktu bangun kita digunakan untuk berkomunikasi. Komunikasi tidak hanya dilakukan dalam kegiatan personal namun juga dalam kegiatan bisnis, hal tersebut dikenal dengan komunikasi bisnis.
Untuk menunjang terciptanya komunikasi bisnis yang efektif, ada dua bentuk komunikasi yang lazim digunakan oleh para komunikator maupun komunikan yaitu komunikasi verbal dan nonverbal.
Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang pesannya disampaikan melalui tulisan maupun lisan. Penyampaian pesan melalui komunikasi verbal lebih terarah dan terstruktur sehingga lebih mudah dipahami oleh para komunikan.
Komunikasi verbal melalui tulisan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, diantaranya yaitu membuat dan mengirim surat kerja sama bisnis seperti surat penawaran barang kepada pihak lain, surat pengantar barang ke suatu perusahaan, surat pemesanan barang kepada pihak lain, surat permintaan barang kepada pihak lain, surat penolakan kerja, surat penerimaan kerja, surat pemberitahuan ke media massa, surat ucapan terimakasih maupun berdukacita kepada mitra kerja dan masih banyak lagi. Dalam komunikasi bisnis, tulisan yang buruk tidak hanya mencerminkan sikap yang buruk, tetapi juga mencerminkan bisnis yang buruk. Surat yang tidak rapih akan memberikan reputasi serta image yang buruk bagi perusahaan tersebut. Beberapa orang beranggapan bahwa surat yang baik harus menggunakan bahasa yang baku dan tercatat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, padahal penggunaan kalimat pada surat kerja sama bisnis banyak diadopsi dari gaya bicara sehari-hari. Gaya bahasa yang tepat dalam surat bisnis akan mempermudah terjalinnya komunikasi yang intens antar instansi yang bersangkutan. Tidak hanya melalui surat, penyampaian pesan secara tulisan juga dapat dilakukan dengan menggunakan memo, teknologi komunikasi modern seperti SMS, e-mail, pesan melalui dunia maya dll.
Komunikasi verbal melalui lisan diantaranya adalah rapat kerja, diskusi dalam suatu tim kerja, wawancara kerja dengan para pelamar kerja di suatu perusahaan, briefing karyawan, presentasi proposal dll. Melalui komunikasi secara lisan atau tertulis diharapkan orang dapat membaca atau mendengar apa yang dikatakan dengan baik dan benar.
Sementara itu, yang dimaksud dengan komunikasi nonverbal adalah suatu interaksi yang dilakukan dengan gerak tubuh, serta ekspresi wajah. Menurut Edward Saprl, komunikasi nonverbal sendiri merupakan sebuah kode yang luas yang tidak ditulis dimanapun juga, diketahui oleh tidak seorang pun dan dimengerti oleh semua. Dalam komunikasi nonverbal orang dapat mengambil suatu kesimpulan tentang berbagai perasaan orang baik rasa senang, benci, cinta, rindu dan berbagai macam perasaan lainnya. Lagi pula, komunikasi nonverbal berbeda dengan komunikasi verbal didalam cara yang cukup mendasar. Contoh perilaku yang menunjukkan komunikasi nonverbal dalam komunikasi bisnis yaitu menganggukkan kepala ketika menyetujui suatu pernyataan, menggelengkan kepala ketika tidak setuju, memberi senyuman ketika bertemu klien, berjabat tangan untuk menunjukkan rasa penghormatan, mengerutkan dahi ketika sedang berpikir keras, dan masih banyak lagi. Komunikasi nonverbal hampir tidak ada atau tidak ada sama sekali struktur formal yang mengarahkan komunikasi. Kebanyakan komunikasi nonverbal terjadi secara tidak disadari, tanpa urut-urutan kejadian, yang dapat diramalkan sebelumnya. Tanpa pola yang jelas, perilaku nonverbal yang sama dapat memberi arti yang berbeda pada saat yang berlainan.
Komunikasi nonverbal juga mempunyai peranan yang penting dalam dunia bisnis. Ia dapat membantu menentukan kredibilitas dan potensi kepemimpinan seseorang. Jika seseorang dapat belajar mengelola kesan yang telah dibuat dengan bahasa isyarat, karakteristik atau ekspresi wajah, suara dan penampilan, maka seseorang akan dapat melakukan komunikasi dengan baik. Dengan kata lain, seorang manajer (pemimpin) sekaligus harus dapat menjadi komunikator yang baik. Ia harus tahu bagaimana menyampaikan pesan-pesan bisnisnya kepada para bawahannya, pada saat kapan suatu pesan-pesan bisnis itu harus disampaikan, dan kepada siapa pesan-pesan bisnis itu harus disampaikan  
Meskipun komunikasi verbal dan nonverbal memiliki perbedaan-perbedaan, namun keduanya dibutuhkan untuk berlangsungnya tindak komunikasi yang efektif. Fungsi dari lambang-lambang verbal maupun nonverbal adalah untuk memproduksi makna yang komunikatif. Secara historis, kode nonverbal sebagai suatu multi saluran akan mengubah pesan verbal melalui enam fungsi: pengulangan (repetition), berlawanan (contradiction), pengganti (substitution), pengaturan (regulation), penekanan (accentuation) dan pelengkap (complementation). Dalam tahun 1965, Paul Ekman menjelaskan bahwa pesan nonverbal akan mengulang atau meneguhkan pesan verbal. Misalnya dalam suatu lelang, kita mengacungkan satu jari untuk menunjukkan jumlah tawaran yang kita minta, sementara secara verbal kila mengatakan "satu'. Pesan-pesan nonverbal juga berfungsi untuk mengkontradiksikan atau menegaskan pesan verbal seperti dalam sarkasme atau sindirian-sindiran tajam. Kadang-kadang, komunikasi nonverbal mengganti pesan verbal. Misalnya, kita tidak perlu secara verbal menyatakan kata "menang", namun cukup hanya mengacungkan dua jari kita membentuk huruf `V' (victory) yang bermakna kemenangan. Fungsi lain dari komunikasi nonverbal adalah mengatur pesan verbal. Pesan-pesan nonverbal berfungsi untuk mengendalikan sebuah interaksi dalam suatu cara yang sesuai dan halus, seperti misalnya anggukan kepala selama percakapan berlangsung. Selain itu, komunikasi nonverbal juga memberi penekanan kepada pesan verbal, seperti mengacungkan kepalan tangan. Dan akhirnya fungsi komunikasi nonverbal adalah pelengkap pesan verbal dengan mengubah pesan verbal, seperti tersenyum untuk menunjukkan rasa bahagia kita.





Contoh Surat Aduan



ORGANISASI PECINTA LINGKUNGAN
Jl. Bhayangkara No. 8 Bengkulu


Bengkulu, 29 Oktober 2015
Kepada
Yth. Manajer CV Pelangi
Jl. Padang Harapan no. 11
Bengkulu

Dengan Hormat,
Sehubungan dengan telah diadakannya acara “Pemutaran Film Perjuangan” dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 2015 di Taman Segitiga kota Bengkulu, kami selaku Organisasi Pecinta Lingkungan sangat mengapresiasi dengan baik acara tersebut yang tentunya dapat meningkatkan rasa nasionalisme para pemuda/pemudi di Bengkulu.
Namun, ada beberapa hal yang perlu kami sampaikan mengenai ketidakpuasan kami terhadap acara tersebut dalam kacamata kami sebagai Organisasi Pecinta Lingkungan.
1.  Acara yang diselenggarakan di Taman Segitiga kota Bengkulu tersebut telah merusak beberapa tanaman yang berada di pinggir taman, diantaranya adalah tanaman euphorbia, mawar, asoka, dan bugenvil.
2.      Banyaknya sampah yang berserakan pasca acara.
3.      Adanya beberapa pohon yang ditebas rantingnya demi keperluan sound system acara.
Kami berharap CV. Pelangi selaku Event Organizer (EO) dari acara tersebut dapat bertanggung jawab dan memperbaiki beberapa kerusakan yang terjadi di Taman Segitiga kota Bengkulu tempat berlangsungnya acara mengingat Taman Segitiga merupakan salah satu ikon dari kota Bengkulu.
Demikian yang dapat kami sampaikan, atas perhatian saudara/i kami ucapkan terimakasih.

Hormat Saya,


Endah Kusuma Ningrum

Ketua Organisasi Pecinta Lingkungan

Jumat, 20 November 2015

Konglomerasi Media, Independensi Media, dan Hak Publik Terhadap Informasi Yang Disajikan Oleh Media Televisi



         Perkembangan media di Indonesia sungguh mengagumkan terutama sejak reformasi tahun 1998. Momentum reformasi telah mengubah lanskap media di Indonesia, dimana ketertutupan masa Orde Baru berganti dengan demokratisasi di ranah media. Pada dekade yang sama dengan reformasi, dekade 1990-an, terjadi perubahan besar di bidang teknologi. Teknologi yang awalnya bertumpu pada teknologi analog berpindah pada teknologi digital. Perubahan teknologi ini secara cepat mempengaruhi kerja media di Indonesia, termasuk dalam aspek manajemen media.
Keterbukaan demokrasi pasca reformasi dan perubahan teknologi di satu sisi memberikan implikasi positif bagi media massa, namun di sisi lain justru melahirkan ancaman bagi media. Media yang tidak siap pada perubahan di dua ranah ini bisa tersingkir dari persaingan. Media yang memiliki modal besar akan menguasai atau mematikan media-media dengan modal yang lebih kecil. Seperti halnya media-media televisi yang ada di Jakarta yang notabenenya memiliki kualitas gambar yang bagus dan didukung oleh teknologi-teknologi canggih masuk ke daerah-daerah dan menjadi penguasa media televisi di Indonesia sehingga televisi-televisi lokal harus berjuang untuk tetap berdiri dan bertahan dari derasnya arus persaingan.
Jika kita amati secara mendalam, para pemilik media televisi di Indonesia rata-rata berasal dari kalangan pengusaha. Ini artinya media televisi dijadikan sebagai lahan bisnis yang dimanfaatkan untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya. Penempatan media sebagai lahan bisnis tentu sangat tidak tepat karena pada dasarnya media merupakan milik publik dan bukan milik perseorangan. Namun pengusaha-pengusaha yang bermodal besar akan terus melebarkan sayapnya sehingga tercipta suatu media televisi yang besar pula. Konglomerasi media pun terjadi dimana perusahaan-perusahaan media bergabung menjadi satu dan membawahi banyak media. Orang yang memiliki saham paling besar pun akan menjadi pemimpin di media tersebut. Contohnya yaitu RCTI, GlobalTV, serta MNC TV yang tergabung dalam perusahaan MNC Group milik Hary Tanoesudibyo. Bersatunya media-media televisi ke dalam satu perusahaan menimbulkan kapitalisme media. Dari banyaknya media televisi di Indonesia, hanya ada beberapa nama saja yang terkenal sebagai pemilik dari media tersebut.
Konglomerasi media di Indonesia terutama pada televisi, menyebabkan satu orang dapat menguasai beberapa stasiun televisi. Dan kembali lagi ke konsep awal bahwa yang bermodal besar yang berkuasa. Pemerintah seharusnya turun tangan dan tidak tinggal diam dalam mengatur konglomerasi media. Mestinya ada peraturan yang membatasi kepemilikan media, sehingga satu orang hanya fokus kepada satu media.
Keberpihakan media kepada tokoh-tokoh tertentu menjadikan sebuah tanda tanya besar mengenai independensi media. Media yang seharusnya netral justru secara terang-terangan menunjukkan keberpihakannya kepada orang-orang yang dekat dengan media tersebut. Media seakan takluk oleh intervensi dari para pemiliknya yang kental akan kepentingan pribadi baik di bidang ekonomi, maupun politik. Misalnya saja TVOne dan Antv milik Bakrie Group yang mana pada Pemilu lalu tak henti-hentinya memberitakan tentang Prabowo-Hatta. Hal ini dapat terjadi karena pemilik saham dari TVOne dan Antv yaitu Aburizal Bakrie memberi dukungan penuh kepada pasangan tersebut. Begitupula dengan MetroTV yang terus memberitakan berita positif mengenai pasangan Jokowi-JK, karena dukungan dari Surya Paloh pemilik dari Media Group. Independensi media tentu dipertanyakan dalam hal ini mengingat independensi berarti tidak memihak. Namun seiring dengan berjalannya waktu, independensi media mulai memudar. Satu per satu media mulai menunjukkan keberpihakannya kepada orang-orang tertentu yang syarat dengan unsur politik terutama jika pemiliknya merupakan tokoh politik. Media televisi justru banyak dijadikan sebagai media mempromosikan diri dengan pencitraan-pencitraan yang dibuat-buat terutama pada masa Pemilu. Tentu hal itu dapat memudarkan nilai media massa sebagai pilar ke-4 demokrasi karena sangat bertentangan dengan etika dan fungsi media yang seharusnya, dimana media yang benar ialah media yang mampu menyajikan informasi berdasarkan fakta yang disajikan secara jujur, akurat, dan netral.
Publik seakan bingung dengan apa yang diinformasikan oleh berbagai stasiun televisi. Dimana salah satu televisi memberitakan hal-hal yang positif tentang seorang tokoh namun di televisi lain justru memberitakan hal-hal yang negatif tentang tokoh tersebut. Informasi-informasi yang terkesan dibuat-buat membuat masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap media. Inilah akibatnya jika media dipegang oleh para politisi. Semua informasi menjadi tidak berimbang dan hanya mementingkan kepentingan pribadi. Dalam hal ini, publik seperti dinomorduakan. Padahal publik memiliki hak untuk mendapatkan informasi yang mereka inginkan. Seperti kebutuhan akan informasi olahraga, kuliner, edukasi, hiburan dan lain-lain. Namun pada masa pemilu, televisi seolah disulap menjadi lahan kampanye. Iklan pencitraan bertaburan hampir setiap waktu dari mulai pagi, siang, sore, hingga malam. Publik tentu dibuat jenuh dengan siklus pemberitaan yang itu-itu saja.
Konglomerasi media menyebabkan ketidakseimbangan penyampaian informasi oleh media. Media-media yang tergabung dalam satu perusahaan cenderung memiliki informasi yang sama dan seragam. Sejatinya, informasi yang disampaikan oleh media kepada publik harus terbuka, lengkap, utuh, benar, dan objektif. Hak atas informasi publik juga telah diatur dalam konstitusi. Dengan adanya konglomerasi media yang tidak sehat, akan mengancam hak-hak publik untuk mendapatkan informasi.
Dapat disimpulkan bahwa konglomerasi media, independensi media, dan hak publik terhadap informasi yang disajikan sangat berkaitan erat. Konglomerasi media yang tidak sehat akan menimbulkan rusaknya nilai independensi media, dan hal tersebut sangat berdampak bagi informasi yang disajikan kepada publik dimana hak publik terhadap informasi yang aktual dan berimbang menjadi terabaikan dan terkikis oleh kepentingan-kepentingan pribadi semata.