Total Tayangan Halaman

Sabtu, 09 Januari 2016

Aplikasi E-learning dalam Pendidikan Teknik

Abstrak

 Alat ICT yang memadai yang mendukung pendidikan tradisional dan muncul rekayasa telah dikembangkan, namun, mereka adopsi tidak sampai tanda di negara berkembang terutama karena kurangnya fasilitas infrastruktur yang memadai dan kompeten sumber daya manusia selain tantangan sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan bahasa. Makalah ini deliberates pada aplikasi e-learning dan praktek saat ini di pendidikan teknik. Ini laporan hasil survei yang dilakukan untuk menguji adopsi ICT dan e-learning alat di lembaga rekayasa dari negara bagian Jammu dan Kashmir. Hasil yang dibahas dalam terang penelitian yang relevan untuk menyarankan rekomendasi untuk meningkatkan e-learning implementasi dalam pendidikan teknik.
1. E-learning dalam pendidikan teknik
Implementasi ICT dalam pendidikan teknik melibatkan penggunaan ICT untuk pengiriman kelas kuliah, demonstrasi dan melakukan percobaan laboratorium, kursus dan manajemen kelas dan administrasi. Kelas mengajar dibantu oleh presentasi yang berisi materi yang cukup, diagram sirkuit, diagram jaringan, proses diagram dan diagram alur. Softcopy dari buku-buku yang ditentukan dalam silabus yang dapat digunakan saat menyampaikan kuliah. Sambil menjelaskan rangkaian atau simulasi program perangkat lunak dan compiler dapat digunakan di ruang kelas untuk lebih baik pemahaman pelajaran. Animasi dan visualisasi dapat digunakan untuk menunjukkan kerja dari komponen, fungsi dari rangkaian atau proses. Peralatan ICT seperti visualizers, atau digital masih dan kamera video bisa dihubungkan ke proyektor di ketiadaan visualizers untuk menunjukkan eksperimen di laboratorium untuk menutupi seluruh kelas dalam satu pergi dan dengan demikian menghemat waktu yang dinyatakan mungkin memerlukan pengulangan untuk setiap kelompok siswa dari kelas tertentu. Software simulasi, desain engineering dan evaluasi alat, alat pemetaan-pikiran misalnya Matlab, Mathematica, MathCad, Octave, OrCAD, SPICE, AutoCAD, Solid Works, Inspirasi, MindManager, dll dapat digunakan dalam laboratorium komputasi jaringan untuk menunjukkan dan percobaan carryout yang dinyatakan bisa belum dilakukan di laboratorium hardware karena tidak tersedianya instrumen atau komponen (s) atau relevan atau cukup karena kendala waktu. Ada banyak alat-alat berbasis komputer seperti yang mendukung laboratorium rekayasa untuk setiap cabang rekayasa. Berbagai percobaan di laboratorium rekayasa mempekerjakan penggunaan langsung atau tidak langsung komputer karena banyak peralatan laboratorium yang saat ini dioperasikan melalui beberapa antarmuka berbasis komputer. E-learning dapat lebih meningkatkan pendidikan teknik dengan menggunakan e-sumber, kursus online, blended learning, manajemen sistem kuliah, dan komunikasi dan kolaborasi alat-alat lain. Sebuah sistem manajemen perkuliahan khas memiliki fasilitas untuk pengiriman konten, e-mail, tugas / latihan, forum, milis, ujian, penilaian diri, survei, kerja kelompok, chatting, kalender, FAQ, wiki, blog, glosarium, konferensi video, notebook, papan tulis, jalur belajar, portofolio siswa, podcast, pelacakan mahasiswa, dan podcast. Dalam tidak adanya manajemen kuliah Team sistem penampil, MS Lync atau lainnya alat serupa dapat digunakan untuk memberikan kuliah singkat online, simulasi, dll alat tersebut sering memiliki putih secara online board untuk narasi selama pengiriman. Alat web lain seperti SkyDrive, MS Office 365 untuk pendidikan, Google Docs, dapat digunakan untuk bekerjasama pada makalah seminar, laporan proyek, percobaan write-up, online alat dan Jaringan Sosial website seperti Google Talk, Skype, dapat digunakan untuk AV dan teks Petunjuk, berbagi berita dan pemberitahuan yang relevan. Sebuah studi baru-baru ini (Banday, 2012) telah melaporkan dampak positif dari penggunaan alat ini pada hasil pembelajaran di beberapa program rekayasa elektronik.
2. praktik Saat ICT dan e-learning dalam pendidikan teknik
Rekayasa pendidikan yang berbasis pada ilmu pengetahuan dan matematika membuatnya secara signifikan berbeda dari yang lain disiplin. Mata pelajaran ini secara tradisional sulit untuk mengajar secara online karena kebutuhan untuk laboratorium dan persamaan manipulasi. Tapi kemajuan teknologi selama bertahun-tahun telah diizinkan representasi dari struktur yang kompleks dan benda-benda oleh komputer. Dalam e-learning sumber dari jenis yang beragam yang dibuat tersedia untuk peserta didik untuk di-download atau secara online studi. Salah satu jenis seperti sumber daya konten digital atau digital seperti catatan kuliah, tutorial, e-buku, dll tersedia untuk didownload atau belajar secara online menggunakan beberapa sistem online seperti OpenCourseWare Consortium (http://www.ocwconsortium.org), dan proyek Open University OpenLearn (http://openlearn.open.ac.uk/). Kedua jenis sumber daya online yang objek seperti simulasi, pelajaran terstruktur, animasi, video, seperti belajar MERLOT (http://www.merlot.org) dan cangkir besar (http: /s/www.jorum.ac.uk/). Jenis ketiga adalah multi-user, dinamis dan lingkungan pembelajaran interaktif memungkinkan pembelajaran yang konstruktif, di mana pelajar belajar dengan melakukan seperti Finesse (Michaelson, 2003) dan WiFi Virtual Laboratory (Allison et al., 2008). Penelitian terbaru bekerja seperti Potkonjak dkk. (2010), Jara dkk. (2011), Rojko, (2010), dan Vivar, (2008) memiliki menunjukkan bahwa beberapa lembaga telah menciptakan laboratorium virtual dan terpencil mereka sendiri untuk mendukung belajar seumur hidup dan kegiatan belajar siswa otonom 'dalam berbagai disiplin ilmu termasuk elektronik dan mikroelektronika, elektronika daya dan drive listrik, kimia, fisika, dan kontrol dan otomatisasi. Virtual Learning Lingkungan (VLE) selain mendukung pengiriman online konten juga mendukung e-mail, newsgroup, dan buletin papan. VLEs ini berkembang menjadi lingkungan belajar yang dikelola (MLE) yang juga mendukung pemberitahuan-papan, chatting kamar, penilaian online, papan tulis, dan alat-alat web lainnya. Baik komersial dan open source VLEs dan MLEs seperti Moodle (http://moodle.org) (LMS paling populer) (Llam, 2011), WebCT / Blackboard (http://www.blackboard.com), Ilias (http://www.ilias.de), .LRN (http://www.dotlrn.org), Sakai (http://www.sakaiproject.org/), Claroline (http://www.claroline.net) yang digunakan dalam pendidikan teknik. Web diaktifkan proyek pembelajaran seumur hidup seperti nQuire (http://www.nquire.org.uk/) dan LIFE (http: // lifeslc. org / penelitian / reports.html) mendukung saling melengkapi dari kedua pembelajaran formal dan informal. Selain penciptaan teknologi pembelajaran inovatif, web memungkinkan lembaga pendidikan untuk berbagi ajaran mereka keahlian dan sumber belajar secara global. Berbagai inisiatif untuk laboratorium secara online misalnya LabShare (http://www.labshare.edu.au/home), WebLab-Deusto (https://www.weblab.deusto.es/web), iLab Bersama Arsitektur (http://icampus.mit.edu/projects/iLabs.shtml), Visir (Gustavsson et al., 2009), Ocelot (http://ocelot.ow2.org), Lila (http: //www.lila-project.org/) telah muncul untuk memberikan berbagi laboratorium virtual dan terpencil di antara universitas yang berbeda. Dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan teknik di India dengan menyediakan gratis courseware online, Program Nasional Teknologi Ditingkatkan Learning (NPTEL) (http://nptel.iitm.ac.in/) telah diprakarsai oleh lembaga terkemuka rekayasa nasional India. Saat ini, NPTEL menyediakan e-learning melalui web dan kursus video dalam rekayasa, ilmu pengetahuan dan humaniora. Berbagai inisiatif seperti Khan Academy (http://www.khanacademy. org), Coursera (https://www.coursera.org/) dan EDX (http://www.edxonline.org) untuk menciptakan platform global yang bebas untuk mengembangkan dan menyebarkan web diaktifkan sumber belajar berjalan dengan sukses. Menurut Manchester Institute of Technology, co-inisiator dari EDX, 10.000 siswa telah lulus pemeriksaan paruh ke kursus online bernama "Pengantar Sirkuit dan Elektronik" yang 120.000 pendaftaran dibuat Maret 2012.
Selain upaya di tingkat kelembagaan, nasional dan internasional, individu sangat aktif dalam mengembangkan belajar objek untuk pendidikan teknik. (Ebner et al., 2002) digunakan sistem manajemen kursus berbasis web di Struktur concreate dan menemukan bahwa itu memberi siswa insignt jauh ke dalam struktur yang lebih kompleks dari teknik sipil. Haep dkk. (2004) yang menggunakan TIK untuk penilaian siswa menemukan bahwa TIK dapat memfasilitasi aspek terbaik dari penilaian melalui tes berbasis web untuk latihan dan penilaian diri, penilaian kerja kelompok. Ribeiro et al. (2005) dilakukan evaluasi siswa dari pembelajaran berbasis masalah (PBL) implementasi dalam kurikulum rekayasa pascasarjana menggunakan desain kualitatif dan kolaboratif. Disimpulkan bahwa pendekatan ini sangat memuaskan karena dipromosikan akuisisi pengetahuan dan mengembangkan keterampilan dan sikap, seperti kerja sama tim dan komunikasi keterampilan dan menghormati ide-ide yang berbeda. Cagiltay (2008) mempelajari hubungan antara gaya belajar teknik siswa dan kinerja mereka. Ditemukan bahwa assimilators dan convergers dilakukan lebih baik daripada divergers dan accommodators dan perbedaan kinerja antara assimilators dan divergers signifikan secara statistik. Dulu juga menemukan bahwa teori gaya belajar adalah alat yang potensial untuk membimbing desain dan perbaikan program dan membantu siswa untuk meningkatkan kinerja masing-masing. Smaill (2006) menggunakan alat berbasis web yang digunakan untuk keterampilan praktek dan penilaian sumatif di bidang teknik listrik yang disampaikan tugas individual, menandai siswa tanggapan, pasokan umpan balik yang cepat, dan log aktivitas siswa. Dilaporkan bahwa perangkat lunak membantu instruktur mereka untuk mengelola beban kerja terlepas dari meningkatnya ukuran kelas dan belajar siswa telah ditingkatkan daripada dikompromikan. Para siswa menemukan perangkat lunak mudah digunakan dan berpendapat bahwa itu membantu mereka meningkatkan mereka keterampilan dan pemahaman. (Wen et al., 2006) mengembangkan sebuah aplikasi kantilever balok percontohan berbasis kelompok secara online menggunakan audio lag rendah dan model tiga dimensi interaktif lingkungan padat saja mekanika belajar.
Menggunakan sistem ini peserta didik mampu untuk memanipulasi model tiga dimensi, mengubah sudut pandang dan menerapkan Pasukan di berbagai lokasi dengan menggunakan browser. (Ray et al., 2012) mengembangkan Virtual Proteomika Lab yang menunjukkan teknik proteomik yang berbeda, termasuk gel dasar dan lanjutan dan pemisahan protein MS-based dan teknik identifikasi, alat bioinformatika dan metode docking molekular, dan aplikasi mereka di berbagai sampel biologis. Zhai et al. (2012) dirancang laboratorium secara online listrik yang memungkinkan otonom, interaktif dan pembelajaran kolaboratif eksperimen teknik listrik. (Banday, 2012) telah mengidentifikasi empat kelompok kekurangan dalam proses belajar mengajar sistem konvensional diikuti untuk pendidikan teknik. Ini adalah:
i)                    interaksi siswa-guru yang tidak memadai,
ii)                   mengajar yang kompleks dan pembelajaran,
iii)                 kehilangan sinkronisasi,
iv)                 lemah kolaborasi dan komunikasi,
v)                  manajemen siswa sulit.
Dalam studi ini, bervariasi alat e-learning diuji untuk melengkapi mengajar di kelas rekayasa elektronik dan laboratorium. Studi ini menunjukkan bahwa tidak hanya belajar tetapi juga kinerja siswa dalam pemeriksaan jangka end berlimpah ditingkatkan dengan menggunakan e-learning alat dalam pendidikan teknik. Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa percaya bahwa penggunaan pembelajaran alat seperti simulasi, animasi, dan demonstrasi virtual di laboratorium yang lebih produktif daripada pengajaran di kelas konvensional.
Studi Kasus 3. Penelitian ini berkaitan dengan pemeriksaan adopsi ICT dan e-learning di sembilan lembaga dari negara bagian Jammu dan Kashmir menawarkan program pascasarjana teknik dan sarjana di berbagai cabang rekayasa. Rekayasa kurikulum di lembaga-lembaga ini terdiri dari empat komponen yaitu teori kursus, kursus praktis, seminar tentang topik kontemporer dan pekerjaan proyek. Mengajar dan belajar, topik teori pelajaran diajarkan tradisional di kelas, eksperimen kursus praktis yang dilakukan di laboratorium menggunakan peralatan yang relevan di bawah pengawasan guru. Siswa mempersiapkan kertas seminar di bawah bimbingan guru dan berkolaborasi dalam kelompok untuk menyelesaikan ditugaskan pekerjaan proyek di laboratorium. Kinerja siswa adalah dinilai secara terpisah atas dasar nilai yang diperoleh oleh mereka dalam tes tertulis dan praktis.
3.1. Metodologi
Berdasarkan penelaahan dari penelitian yang relevan dikutip dalam bagian 2, dua instrumen survei yang dirancang. Desain instrumen melewati berbagai tahap dan pra-tes oleh 12 profesional ICT terkemuka dan pendidik yang memiliki pengetahuan berpengalaman dari perkembangan terbaru dalam teknologi dan aplikasi di seluruh dunia dalam pendidikan. Kuesioner survei yang didesain ulang oleh eliminasi, reklasifikasi dan dengan masuknya faktor baru.  Tujuan dari instrumen survei pertama adalah untuk mengumpulkan informasi dari anggota fakultas tentang penggunaan yang ada dasar Alat TIK di kelas teknik dan laboratorium. Instrumen kedua digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang penggunaan alat-alat pelatihan berbasis web saat ini digunakan oleh anggota fakultas. Responden diminta untuk menilai mereka penggunaan saat ini alat ICT (pelatihan berbasis komputer) dan e-learning alat (pelatihan berbasis web) menggunakan rating 5 poin Skala Likert mulai dari 1 = Tidak pernah Digunakan untuk 5 = luas Digunakan. Survei menggunakan kertas-pensil metode Delphi untuk mengumpulkan, mengatur dan memprioritaskan faktor dominan. Dua putaran Delphi digunakan. Pada bagian pertama ahli terkemuka putaran (Delphi panelis) didesain ulang instrumen survei dan di kedua e-mail putaran yang mengirim ke 80 fakultas anggota untuk mengumpulkan informasi tentang penggunaan ICT yang ada di lembaga-lembaga negara Jammu dan Kashmir. Secara keseluruhan 50 tanggapan diterima. Setelah analisis awal 2 tanggapan dari anggota fakultas yang ditemukan tidak lengkap dan karena itu, dijatuhkan dari analisis membawa jumlah tanggapan yang akan dianalisis untuk 48 dengan minimal 5 tanggapan dari masing-masing lembaga.
Keandalan instrumen survei diukur dengan alpha Cronbach. Instrumen memiliki sangat tinggi keandalan keseluruhan, α = 0,7965, dan α = 0,8053. Koefisien alpha untuk sub-skala yang juga baik, melebihi ambang minimal 0.70 direkomendasikan dalam literatur, yang mengindikasikan konsistensi internal yang baik. Data itu dianalisis dengan bantuan statistik Produk dan Layanan Solusi (SPSS) untuk menghitung rata-rata, standar deviasi, persentase, alpha Cronbach, dll
3.2. Hasil
Responden mapan anggota akademik (12,50% profesor, 16,67% asosiasi profesor, 43,75% asisten profesor dan 27,08% dosen) memiliki derajat terhormat (pemegang 37,50% Ph. D, 52,08% Guru pemegang gelar dan 10,42% adalah pemegang gelar Sarjana). Pengalaman profesional di bidang pendidikan teknik kurang dari 10 tahun sekitar 70% responden. Lebih dari 60% responden kurang dari 40 tahun dan ada laki-laki lebih anggota fakultas dari anggota perempuan. Sekitar 40 anggota fakultas% tidak teratur dan terlibat secara kontraktual. Dua puluh lima persen (25%) responden dari elektronik dan rekayasa komunikasi, 16,67% dari rekayasa listrik, 14,58% dari teknik sipil, 10,42% dari teknik mesin, dan sisa berasal dari cabang lain dari rekayasa. Sekitar enam puluh dua persen (62,50%) responden dari wilayah Kashmir dan sisa 37,50% responden dari wilayah Jammu.
Tabel 1 merangkum kelompok dan komponen-bijaksana praktek saat TIK oleh anggota fakultas teknik pendidikan. Data disajikan sebagai persentase penggunaan (bervariasi dari tidak pernah digunakan secara ekstensif digunakan) masing-masing komponen. Masing-masing komponen dari pelatihan berbasis komputer di bawah pemeriksaan dikelompokkan dalam enam kelompok yaitu praktek kelas, praktek laboratorium, pekerjaan proyek, seminar, penilaian dan manajemen. Kelompok orang bijak dan penggunaan rata-rata keseluruhan juga diringkas. Pada 47,53% fakultas rata tidak pernah dipraktekkan ICT, 18,35% dipraktekkan ICT jarang, 10,20% dipraktekkan ICT cukup, 8,57% dipraktekkan ICT secara substansial dan 15,34% dipraktekkan ICT secara ekstensif dalam mengajar mereka. Jelas bahwa saat ICT tidak digunakan secara luas. Namun, untuk beberapa memperpanjang penggunaannya adalah cukup dipraktekkan dalam pekerjaan seminar, laboratorium dan ruang kelas. Penggunaan ICT untuk pekerjaan proyek, manajemen dan penilaian ditemukan menjadi sangat rendah. Penggunaan saat ini dari ICT dalam karya seminar adalah sekitar 60% diikuti oleh rekayasa laboratorium di mana itu sekitar 50% dan ruang kelas di mana itu sekitar 40%, mengingat penggunaan moderat sebagai minimum diterima standar. Gambar 2 menunjukkan penggunaan kini masing-masing komponen ICT dalam rekayasa pendidikan. Mengingat penggunaan moderat sebagai standar minimum yang dapat diterima, penggunaan presentasi dalam karya seminar, instrumen yang dikendalikan komputer dan simulasi di laboratorium adalah sekitar 90%. Penggunaan CAM / CAD / CAE , presentasi di ruang kelas dan menyediakan e-konten untuk siswa adalah sekitar 70% dan 60% masing-masing. Selanjutnya, penggunaan instrumen virtual di laboratorium, penggunaan ICT untuk penjadwalan, catatan siswa dan perilaku, dan penggunaan dalam penilaian siswa ditemukan diabaikan.
Gambar. 1. Tabel 2 merangkum kelompok dan komponen-bijaksana praktek saat ini e-learning oleh anggota fakultas teknik pendidikan. Data disajikan sebagai persentase penggunaan (bervariasi dari tidak pernah digunakan secara ekstensif digunakan) masing-masing komponen. Masing-masing komponen dari pelatihan berbasis web di bawah pemeriksaan dikelompokkan dalam enam kelompok yaitu LMS, tuan e-sumber, interaksi online, kolaborasi dan komunikasi, penilaian dan dorongan. The Kelompok bijaksana dan secara keseluruhan penggunaan rata-rata juga diringkas. Pada 83,26% fakultas rata tidak pernah dipraktekkan e-learning, 7.48% dipraktekkan e-learning jarang, 7.60% dipraktekkan e-learning cukup, 1,18% dipraktekkan e-learning secara substansial dan 0,49% dipraktekkan e-learning secara luas dalam pengajaran mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa e-learning tidak bahkan digunakan cukup, namun, angka dihitung menunjukkan bahwa fakultas mendorong siswa untuk menggunakan mode pembelajaran online dan berkolaborasi dan berkomunikasi dengan siswa secara online ke beberapa batas. Tidak ada guru menggunakan sistem manajemen perkuliahan sebagai lembaga tidak memiliki manajemen kuliah sistem di tempat. E-sumber yang sangat jarang upload, dan interaksi online dan penilaian hampir tidak ada.
Gambar 2 menunjukkan penggunaan hadir komponen individual dari e-learning. Guru mendorong siswa untuk menggunakan Internet untuk mencari solusi untuk masalah, telah membentuk koneksi sosial media moderat dengan siswa, dan untuk beberapa memperpanjang mempertahankan komunikasi asynchronous moderat dengan siswa. Namun, guru tidak mengembangkan e-konten atau meng-upload rencana kursus atau halaman. Mereka tidak menggunakan LMS atau media sosial untuk pengiriman online atau kolaborasi.


4. Diskusi
ICT dan e-learning diimplementasikan dalam lembaga rekayasa di seluruh dunia, namun, luas dan kedalaman implementasi ini berbeda penting antara bangsa-bangsa dan seluruh institusi meskipun kebutuhan yang dirasakan dan keinginan yang kuat. Perbedaan-perbedaan ini jauh lebih dalam kasus e-learning (pembelajaran berbasis web) yang tidak hanya beragam jenis e-sumber daya yang tersedia tetapi program juga ditawarkan secara online dan pedagogi konstruktivis dapat diterapkan. ICT dan e-learning dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi pendidikan teknik apakah yang ditawarkan melalui pendekatan tradisional (berdasarkan positivisme) atau muncul. Peneliti bekerja Pitchian dkk. (2002) dan Sarangi (2004) telah menunjukkan bahwa kompetensi yang diperlukan untuk insinyur seperti yang diidentifikasi oleh ABET (http://www.abet.org/) ditingkatkan dengan menggunakan e-learning. Lembaga yang disurvei berada pada posisi yang kurang menguntungkan tidak hanya karena pendidikan disampaikan menggunakan pedagogi tradisional tetapi juga karena ICT dan e-learning tidak dipekerjakan bahkan cukup. E-learning masih dalam tahap sangat awal adopsi. Penerapan e-learning khususnya di negara-negara berkembang menghadapi beragam tantangan (Mehra et al, 2007), (Andersson et al., 2009), (Klamma et al., 2007) yang multidimensi dan heterogen (Benchicou et al, 2010). Mereka dapat dikelompokkan dalam tujuh kategori utama yaitu: a) pribadi atau disposisional, b) gaya belajar, c) instruksional, d) situasional, e) organisasi, f) kesesuaian isi, dan, g) teknologi. Selanjutnya, mengembangkan struktur e-learning untuk engineering pendidikan mungkin menimbulkan tantangan unik jika materi pembelajaran tidak memadai dirancang untuk memfasilitasi pembelajaran di semua tingkatan karena harus berurusan dengan berbagai tingkat kecerdasan. Integrasi teknologi yang kompleks dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mungkin tidak hanya berbeda dari lembaga ke lembaga tetapi juga mungkin memiliki prioritas yang berbeda. Oleh karena itu, tantangan studi menyeluruh tentang faktor keberhasilan kritis (CSF) dalam terang faktor yang sudah diakui dan dikenal harus dilakukan. Hal ini dapat membantu para pelaksana untuk membingkai ICT dan e-learning kebijakan untuk pendidikan teknik untuk negara bagian Jammu dan Kashmir.



Jumat, 18 Desember 2015

Dominasi Iklan Pada Televisi

Perkembangan iklan di zaman modern sekarang ini sangatlah mengesankan terutama pada media penyiaran televisi. Pengertian iklan sendiri adalah salah satu cara untuk mempromosikan produk agar dapat dikenal dan diketahui oleh khalayak ramai. Menurut para ahli yaitu Courtland L. Bovee ” Iklan adalah komunikasi nonpersonal informasi biasanya dibayar dan biasanya persuasif di alam tentang produk, jasa atau ide oleh sponsor diidentifikasi melalui berbagai media.” (Bovee, 1992, hal 7.). Berbagai macam iklan dibuat dengan kreativitas yang luar biasa seperti memberi alur cerita seperti sebuah film pendek, memanfaatkan teknologi canggih untuk membuat animasi, menggunakan artis terkenal sebagai bintang iklan, membuat cerita yang unik dan lucu, dan masih banyak strategi-strategi lain yang digunakan tentu untuk menarik perhatian khalayak.
Lebih dari 50% tayangan di televisi adalah iklan. Dapat dikatakan bahwa iklan merupakan sumber pemasukan terbesar bagi media. Tak dapat dipungkiri bahwa iklan merupakan gudang uang yang dapat meningkatkan ekonomi media tersebut karena dapat meraup keuntungan yang besar hanya dari iklan. Bagaimana tidak? Dilansir dari http://iklan-tv.heck.in/ , tarif pemasangan iklan di televisi berkisar antara 6 juta hingga 16 juta rupiah per 30 detik sesuai dengan jam-jam tertentu. Jam 00.00-05.00 tarif iklan berkisar antara 5-7 juta per 15-30 detik. Jam 05.00-08.00 berkisar antara 7-9 juta per 15-30 detik. Jam 08.00-12.00 berkisar antara 6-8 juta per 15-30 detik. Jam 12.00-13 berkisar antara 7-9 juta. Jam 13.00-17.00 berkisar antara 6-8 juta. Jam 17.00-21.00 berkisar antara 12-14 juta per 15-30 detik. Dan jam 21.00-00.00 berkisar antara 7-9 juta per 15-30 detik. Tarif termahal dikarenakan iklan tersebut diletakkan pada saat prime time antara jam 17.00 hingga 21.00. Pada saat inilah biasanya semua keluarga berkumpul untuk menonton televisi. Tidak hanya itu, peletakkan iklan pada program siaran langsung juga mempengaruhi mahalnya tarif pemasangan iklan. Bagi perusahaan-perusahaan besar yang ingin mempromosikan produknya, tarif bukanlah sebuah masalah besar. Justru mereka berlomba-lomba untuk memasang iklan dengan tarif yang mahal agar mendapat keuntungan yang lebih juga. Seperti halnya produk mereka dapat dilihat oleh banyak orang.
Jika kita amati, pada saat ini ada fenomena yang baru dan unik dalam pemasangan iklan. Dimana iklan tidak hanya ditayangkan sesudah acara namun juga ditayangkan pada saat acara tersebut berlangsung. Seperti halnya ketika kita sedang menonton sebuah acara televisi, tiba-tiba muncul iklan suatu produk di acara tersebut. Biasanya acara yang sedang berlangsung akan menciut menjadi kecil dan sisanya didominasi oleh iklan. Tentu hal seperti ini banyak kita temui pada saat kita sedang menonton televisi. Tidak hanya itu, di salah satu stasiun televisi ada iklan yang dipasang di dalam sinetron. Iklan tersebut diatur sedemikian rupa hingga dapat berada di dalam sinetron yaitu dengan membuat seolah-olah baliho sehingga ketika penonton melihat adegan di sinetron tersebut, penonton juga dapat melihat baliho iklan produk tertentu di dalamnya. Tentu banyak yang beranggapan bahwa hal tersebut sangat mengganggu keindahan gambar dari sebuah sinetron namun sisi komersil-lah yang diperhitungkan oleh pengiklan dan stasiun televisi. Selain itu, iklan juga dikemas dalam bentuk tiga dimensi (3D). Biasanya iklan seperti ini muncul pada saat acara berlangsung secara live seperti acara musik, penghargaan (award), dan lain-lain. Contohnya pada saat acara berlangsung, pembawa acara mempromosikan tentang produk yang menjadi sponsor acara tersebut diikuti dengan animasi 3D di sampingnya, seperti produk tersebut seolah-olah jatuh dari atas dan membuat panggung menjadi retak. Hal seperti ini tentu tidak jarang kita jumpai.
Pada dasarnya, perkembangan penempatan iklan di media televisi berpengaruh besar terhadap pendapatan stasiun televisi tersebut. Wajar bila iklan sangat mendominasi tayangan di televisi. Apalagi di zaman sekarang media banyak yang dijadikan sebagai lahan bisnis ketimbang jendela masyarakat.

Jumat, 04 Desember 2015

Pemanfaatan Aplikasi Online Dalam Sistem Pemesanan Sarana Transportasi (Go-jek)

Kehadiran teknologi komunikasi yang semakin canggih membuat masyarakat semakin berinovasi dalam memanfaatkan teknologi komunikasi tersebut. Contohnya  yaitu dengan memanfaatkan teknologi komunikasi sebagai sarana untuk berbisnis. Masyarakat menganggap teknologi komunikasi sangat mempermudah aktivitas mereka terutama dalam hal bisnis. Ada banyak jenis bisnis yang memanfaatkan teknologi komunikasi mulai dari menjual pakaian, sepatu, tas, dan lain-lain. Bahkan baru-baru ini masyarakat di kota Jakarta dimanjakan dengan aplikasi layanan ojek online dan pemesanan taxi secara online. Layanan ini merupakan terobosan baru dalam memesan jasa transportasi di Jakarta.
Terobosan usaha di bidang transportasi ini dimulai beberapa bulan yang lalu. Ide yang sangat cemerlang dari Nadiem Makarim (CEO Go-jek) dalam memanfaatkan teknologi komunikasi banyak dimiliki oleh masyarakat. Transaksi ojek yang biasanya konvensional, saat ini telah di implementasikan dalam aplikasi handphone android, sehingga tukang ojek sebagai vendor dan pelanggan sebagai user, tidak harus bertatap muka untuk transaksi, tapi cukup dengan menggunakan aplikasi di HP mereka. Dan dengan harga perangkat smartphone yang semakin murah, bukan hal aneh jika seluruh vendor ojek memiliki perangkat tersebut, dan bisnis pun berjalan. Layanan yang diberikan pun tidak hanya jasa ojek tetapi juga pengiriman barang, serta jasa jemputan untuk anak sekolah. Tidak hanya itu, para pengguna layanan go-jek ini nantinya akan mendapatkan masker gratis. Para pengendara go-jek pun juga memiliki seragam khusus yang berwarna hijau sehingga dapat menjadi label atau ciri khas dari go-jek itu sendiri.
Go-jek sendiri telah memiliki banyak driver atau karyawan yang bekerja di dalamnya. Go-jek mampu menjaring pekerja dari berbagai kalangan. Bahkan ada pekerja yang sudah memiliki pekerjaan tetap namun mengandalkan go-jek sebagai pekerjaan tambahannya. Potensial bisnis go-jek pun semakin lama semakin menjanjikan ditambah lagi dengan kemacetan kota Jakarta yang menjadikan go-jek sebagai transportasi yang paling ampuh untuk menembus kemacetan dan sampai tepat waktu di tempat tujuan.
Fenomena go-jek di Jakarta membuat masyarakat sangat antusias untuk mencoba aplikasi ini. Dari kalangan bawah hingga kalangan atas pun tak mau ketinggalan mencoba layanan modern ini. Pada awal berjalannya bisnis ini, perusahaan go-jek memberikan harga promo yaitu sebesar sepuluh ribu rupiah kemanapun pergi jauh ataupun dekat. Strategi ini cukup menyita perhatian masyarakat sehingga di awal berjalannya bisnis go-jek, mampu menjaring banyak pengguna. Apalagi gaya hidup masyarakat modern yang tidak mau ribet dan suka pada hal-hal yang praktis semakin menambah nilai go-jek itu sendiri. Di tambah lagi, go-jek memanfaatkan kecanggihan smartphone yang hampir seluruh masyarakat memilikinya terutama di kota Jakarta.
Jika kita amati, perusahaan go-jek merupakan salah satu contoh perusahaan yang solid dimana antar sesama pekerjanya memiliki ikatan kekeluargaan yang tinggi. Hal ini bisa dilihat dari kejadian-kejadian ataupun masalah-masalah yang menimpa go-jek. Seperti kecelakaan yang menewaskan salah satu pengendara go-jek, membuat para pengendara go-jek lainnya turut berempati dan menggelar aksi pengumpulan dana untuk membantu pembiayaan rumah sakit dari anak pengendara tersebut yang terbaring kritis di salah satu rumah sakit. Selain itu, pelayanan yang diberikan oleh go-jek terhadap penggunanya terbilang sangat baik, dimana go-jek memberikan fasilitas masker gratis kepada setiap penggunannya dan datang tepat waktu. Kemudian untuk para pengendaranya, perusahaan go-jek memberikan jaket seragam serta helm yang khusus berlabelkan go-jek dengan warna hijau yang tentunya telah menjadi identitas dari go-jek itu sendiri.
Pelayanan yang baik tidak hanya ditunjukkan dengan fasilitas-fasilitas yang diberikan tetapi juga bagaimana produsen berkomunikasi dengan konsumennya. Komunikasi dapat meningkatkan laba perusahaan dilihat dari fungsi komunikasi dalam meningkatkan goodwill (nama baik), meningkatkan hubungan baik dengan masyarakat, dn meningkatkan fungsi kepemimpinan. Peningkatan goodwill dan hubungan baik dengan masyarakat akan menyebabkan timbulnya kecenderungan konsumen untuk berhubungan lagi dengan perusahaan, yang selanjutnya menimbulkan loyalitas konsumen terhadap perusahaan. Dalam hal ini perusahaan dapat meyakinkan masyarakat luas bahwa konsumen diperlakukan dengan baik melalui pelayanan langsung oleh karyawan.




Kamis, 03 Desember 2015

Konsep Diri Dalam Komunikasi Bisnis

Konsep diri

Konsep diri yang positif merupakan hal penting dalam suatu komunikasi bisnis yang berhasil. Apa yang anda katakan kepada diri anda mengenai diri anda sendiri (komunikasi intrapersona) akan meningkatkan atau mengurangi konsep diri anda. Umpan balik yang datang dari orang lain dapat dirasakan sebagai hal yang positif atau negatif.
Konsep diri merupakan penyaring semua informasi yang datang kepada seorang individu. Semakin realistis dan positif konsep diri tersebut, semakin responsif pegawai tersebut mencari dan menghadirkan umpan balik yang efektif.
Komunikator bisnis membawa konsep diri yang relatif stabil ke dalam presentasi bisnis, wawancara, dan bentuk-bentuk komunikasi lainnya. Konsep diri yang negatif sulit dimodifikasi. Seseorang yang memiliki pengalaman negatif dalam memproses kesan diri cenderung menemukan isyarat-isyarat negatif dalam lingkungan. Kecenderungan ini disebut ramalan pemenuhan diri (self fulfilling prophery).

Hubungan

Rasa harga diri dan iklim yang mendukung merupakan prasyarat bagi terciptanya suatu hubungan bisnis yang berhasil. Adanya hubungan yang produktif dan profesional dalam lingkungan bisnis merupakan hal penting bagi tim kerja dan akan menimbulkan produktivitas yang efektif.
Untuk menjadi seorang komunikator bisnis yang efektif, haruslah mempertimbangkan komponen pokok hubungan bisnis – kepuasan kebutuhan antarpersona.
William schutz (1966) mengidentifikasi tiga kebutuhan antarpersona dasar: inklusi (dilibatkan), kotrol, dan afeksi (kasih sayang).
·         Seseorang dengan kebutuhan inklusi yang tinggi mencari pengakuan dalam suatu organisasi. Jenis pegawai seperti ini mencari pengakuan berganda. Orang tersebut akan melawan ketakutan dengan memaksa orang lain untuk memberikan perhatian kepadanya.
·         Seseorang dengan kebutuhan inklusi yang rendah mencari lebih sedikit hubungan dan memiliki sedikit kebutuhan mengenai jarak penglihatan. Orang seperti ini mungkin merupakan tipe orang yang mandiri dan mampu bekerja sama dengan baik.

Kebutuhan akan kontrol berhubungan dengan suatu harapan akan kekuasaan, perasaan menjadi seorang pemimpin dan pemegang wewenang yang berhak mengubah lingkungan. Seseorang dengan kebutuhan kontrol yang tinggi berharap menjadi pemimpin. Seseorang yang kebutuhan inklusinya rendah dan kebutuhan kontrolnya yang tinggi mungkin belajar bagaimana memanipulasi orang lain agar memperoleh peluangnya secara tidak langsung. Sseseorang dengan kebutuhan inklusi dan kontrol yang tinggi mungkin berupaya mendominasi situasi secara langsung. Sebaliknya, orang-orang yang kebutuhan kontrolnya rendah dan kebutuhan penerimaan wewenangnya tinggi seringkali merupakan bawahan yang setia.
Kebutuhan yang ketiga memberikan alasan yang penting dalam hal pemilihan hubungan, yaitu kebutuhan akan afeksi (kasih sayang). Afeksi diekspresikan dengan memberikan “belaian” –indikasi verbal dan nonverbal mengenai perilaku pegawai yang dinilai oleh orang lain dalam kelompok kerja. Orang-orang dengan kebutuhan afeksi yang tinggi akan mencari hubungan yang hangat dan intim. Sementara itu, seseorang dengan kebutuhan afeksi yang rendah seringkali menjadi seseorang yang dingin.


Keterbukaan

Hubungan yang kuat dan produktif didasari oleh pemenuhan bersama dalam hal kebutuhan berinteraksi dengan orang lain. Keterbukaan melibatkan penyingkapan terhadap orang lain, pelaporan reaksi untuk menstimuli dengan jujur dan “pemilikan” perasaan.
De Vito (1989) mengatakan, “Kita menginginkan orang-orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita katakanmengharapkannya, dan kita berhak mengharapkannya. Kita menunjukkan keterbukaan dengan memberikan tanggapan secara spontan dan tanpa adanya alasan komunikasi dan umpan balik orang lain” (h.96).

Tingkat penyingkapan

Powell (1969) menyarankan bahwa terdapat tingkat kedalaman dalam komunikasi orang-orang.
·         Tingkat 1, yaitu tingkat komunikasi paling dasar, melibatkan rutinitas atau ritual. Melalui tingkat keterbukaan awal seperti ini kita menegaskan orang lain-kita menyadari kehadiran mereka dan mereka adalah orang-orang dalam lingkungan kita.
Contoh : menanyakan kabar kepada orang lain.
·         Tingkat 2, yaitu komunikasi yang melibatkan percakapan informasi umum, informasi ini tidak rahasia dan tidak mengancam seseorang untuk berbagi informasi.
·         Tingkat 3, yaitukomunikasi yang melibatkan penyingkapan opini, kepercayaan, dan nilai. Seseorang yang bijaksana akan akan membagi informasi yang dimilikinya hanya dengan oranng yang ia percaya. Tingkat pembagian ini merupakan awal hubungan yang dikenal sebagai pesahabatan.
·         Tingkat 4, yaitu komunikasi yang melibatkan perasaan. Gagasan pembagian perasaan pribadi dengan orang lain dapat menjadi suatu ancaman.
·         Tingkat 5, yaitu komunikasi dicadangkan untuk keadaan khusus pada hubungan-hubungan yang khusus. Tingkat ini disebut dengan istilah komunikasi puncak atau komunikasi intim.

Gaya komunikasi organisasional

Keterbukaan merupakan hal yang penting dalam hubungan bisnis yang efektif. Iklim yang diciptakan dalam sebuah organisasi dapat mendorong atau menghambat keterbukaan, bergantung kepada gaya komunikasi ke bawah. Komunikasi ke bawah merupakan alat komunikasi yang digunakan manajemen tingkat atas untuk mengirimkan pesan kepada para bawahan.
Manajemen otokrasi bergantung kepada komunikasi otokrasi yang terdiri dari sejumlah pesan instruksi yang dikirimkan oleh berbagai saluran organisasi. Gaya seperti ini sering digunakan oleh orang-orang tua yang bersifat sangat memerintah untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya. Gaya seperti ini sama sekali tidak terbuka. Suatu gaya yang lebih tepat untuk sebagian besar organisasi adalah gaya demokratik. Di sini, premi ditempatkan di atas persamaan komunikasi relatif. Apa yang dikomunikasikan merupakan suatu pengertian yang nilainya dimiliki oleh setiap orang dan orang yang dapat memberikan informasi.

Tugas dan hubungan

Setiap peristiwa komunikasi meliputi dimensi tugas dan hubungan. Dimensi tugas meliputi faktor-faktor seperti informasi pekerjaan, prosedur organisasi, rencana pemasaran, dan informasi lainnya yang diperlukan untuk melengkapi prosedur pelayanan, penjualan, atau pabrikasi. Dimensi hubungan meliputi fakta-fakta yang menyatakan bahwa kita dianggap memenuhi syarat untuk menjadi ketua tim, dan penyelia memberikan kepercayaan itu kepada kita.

Iklim

Gibb (1961) membagi iklim ke dalam dua kategori yaitu iklim bertahan dan iklim mendukung.
Kreps (1986) menyatakan bahwa iklim organisasi adalah sifat emosional intern organisasi yang didasarka pada bagaimana senangnya para anggota organisasi terhadap satu sama lain dan terhadap organisasi.
Iklim suatu organisasi terutama berkembang dari perilaku dan tindakan manajemen serta iklim ini diperlihatkan oleh perilaku anggota organisasi khusus.

Karakteristik iklim komunikasi yang mendukung karakteristik yang bertahan
Iklim bertahan
Iklim mendukung
·         Evaluasi
·         Kontrol
·         Strategi
·         Kenetralan
·         Keunggulan
·         Kepastian
·         Deskripsi
·         Orientasi masalah
·         Spontanitas
·         Empati
·         Kesamaan
·         Provisionalisme

Komunikasi yang tampaknya bersifat evaluatif, menyalahkan, menimbang, dan sebagainya cenderung meningkatkan sikap bertahan orang-orang.
Evaluasi. Perilaku evaluatif yang negatif seringkali meningkatkan tanggapan bertahan.
Deskripsi. Deskripsi secara sederhana berarti para anggota organisasi memusatkan pesan-pesan mereka pada peristiwa-peristiwa yang dapat diamati dan mengurangi referensi mengenai reaksi-reaksi subjektif atau emosional.
Kontrol/orientasi masalah. Mengendalikan berarti berupaya memanipulasi orang lain, menentukan tingkah laku atau sikap kepada orang lain, atau menghentikan tindakan yang diharapkan orang atau kelompok lain.
Orientasi masalah, merupakan suatu penangkal strategi kontrol dalam suatu organisasi.
Strategi/spontanitas. Perilaku bertahan dirangsang ketika para anggota suatu organisasi menggunakan strategi dalam berkomunikasi dengan anggota yang lainnya.
Kenetralan/empati. Perilaku netral memperlakukan orang lain lebih dari sekedar objek, bukan sebagai manusia.
Keunggulan/kesamaan. Ketidaksamaan merupakan suatu kesan yang patut disayangkan yang tercipta dalam suatu organisasi. Sikapkeunggulan menjadi nyata melalui penggunaan posisi, wewenang, kemampuan intelektual, kekayaan, kekuatan fisik, atau daya tarik untuk memperoleh persetujuan.
Kepastian/provisionalisme. Orang yang bersifat provisional bersedia bersifat sementara dalam penilaian mengenai hal-hal terbaik.
Pada dasarnya, budaya perusahaan merupakan iklim komunikasi. Iklim tersebut menceminkan tingkat kesenangan dalam organisasi.

Gaya manajemen antarpersona

Mcgregor (1960) mempersembahkan suatu pemikiran yang telah menjadi suatu dikotomi klasik antara apa yang ia istilahkan dengan prilaku manajemen teori x dan teori y. Menurut mcgregor, beberapa orang yang menduduki posisi sebagai penyelia (para manajer teori x), melalui perilaku mereka, menyatakan bahwa mereka yakin sebagian besar orang memiliki sifat tidak menyukai pekerjaannya, dan bila mungkin, ingin menghindarinya. Para manajer teori x yakin bahwa tanggung jawabmereka adalah mengendalikan, mengancam, mengarahkan, dan mengatur aktivitas para bawahan. Gaya manajemen teori Y dari mcgregor mencerminkan sekumpulan kepercayaan yang kontras mengenai sifat manusia. Teori Y menyajikan pandangan yang paling positif mengenai hubungan manusia dalam manajemen organisasi yang efektif.
Dwiggins (1986) menggambarkan teori Z dimana suatu transisi dari struktur kekuatan atas-bawah ke struktur yang kekuatan di dalamnya terbagi ke seluruh tingkatan.
Menurut Joiner, sistem manajemen teori Z gaya Jepang harus diperkenalkan melalui serangkaian langkah yang merupakan tujuan yang agung dan bermanfaat, yaitu:
1.      Membangun sebuah tim manajemen terpadu
2.      Menciptakan dan mengkomunikasikan arah masa datang
3.      Menentukan sistem penyokong antarperusahaan yang kuat
4.      Menciptakan struktur organisasi yang partisipatif

Motivasi Dalam Organisasi

Herzberg (1966) memperkenalkan teori motivasi dua faktor. Menurutnya, faktor-faktor yang sering membuat frustasi para pegawai tidak sama dengan faktor yang menyebabkan motivasi. Ia mengamati bahwa dua jenis kebutuhan yang berbeda harus dipenuhi dengan cara yang sangat berbeda agar terjadi kepuasan dan motivasi dalam organisasi bisnis.
Herzberg (1987) juga memperkenalkan teori motivasi-dasar dimana para pegawai di seluruh dunia temotivasi oleh kebutuhan sifat dasar mereka sendiri utuk berhasil dalam tugas-tugas yang menantang, bukan termotivasi oleh keuntungan yang lebih besar, simbol status baru, atau upah yang lebih tinggi.

Teori Manajemen Antarpersona Lain

Bale dan Mouton (1964, 1991) menjelaskan bahwa para manajer dapat dikategorikan berdasarkan pada cara mereka berinteraksi dengan para pegawai yang berkaitan dengan dua masalah utama yaitu perhatian terhadap produksi dan perhatian terhadap orang-orang.
Para teoritikus mengidentifikasi lima gaya kepemimpinan yang ditentukan oleh tinggi-rendahnya perhatian manajer, baik terhadap produksi maupun terhadap orang-orang. Kelima gaya tersebut adalah:
·         Gaya manajemen miskin : jenis pemimpin ini tidak peka terhadap kebutuhan orang-orang atau organisasi dan melepaskan wewenang kepada orang lain.
·         Gaya country club : pemimpin menaruh perhatian yang tinggi terhadap orang-orang namun perhatiannya rendah terhadap tugas.
·         Gaya pemenuhan wewenang : pemimpin memiliki perhatian yang tinggi terhadap tugas namun rendah terhadap orang-orang.
·         Gaya pertengahan jalan : pemimpin menaruh perhatian yang seimbang antara penyelesaian tugas dan orang-orang.
·         Gaya kepemimpinan kelompok : pemimpin  tertarik pada pembuatan keputusan yang efektif yang akan membantu pencapaian tujuan organisasi dan mencerminkan gagasan dan tujuan para anggota organisasi.

Kekuasaan dan Konflik

Kekuasaan merupakan suatu pengaruh yang mengakui bahwa seseorang memiliki kekuasaan terhadap orang lain dan bedasar pada ketergantungan orang lain. Apabila terjadi persaingan kekuasaan dalam suatu organisasi, maka muncullah konflik.
Filley (1975) mengidentifikasi empat keuntungan utama konflik :
1.      Banyak situasi konflik memiliki efek penyebaran konflik yang lebih serius. Ketidaksetujuan yang muncul seringkali mengurangi berbagai kemungkinan yang ada sehingga timbullah berbagai konflik yang lebih besar.
2.      Situasi konflik menuntun kita untuk memperoleh informasi baru, cara-cara baru dalam memandang sesuatu.
3.      Konflik antarkelompok bertujuan untuk meningkatkan kepaduan kelompok.
4.      Konflik memberikan peluang kepada para individu atau kelompok untuk mengukur kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan mereka karena peluang tersebut berada dalam situasi konflik sehhingga kualitas pada situasi itu dapat digerakkan ke puncak karier mereka.

Manajemen konflik

De Vito menggambarkan model humanistis dari suatu komunikasi antarpersona yang efektif. Yaitu :
1.      Keterbukaan, pernyataan pikiran dan perasaan secara terbuka, langsung dan jujur.
2.      Empati, pengesahan perasaan orang lain.
3.      Sikap mendukung, perhatian yang logis terhadap masalah, spontan, dan berempati.
4.      Sikap positif, upaya untuk mengadakan situasi win-win.
5.      Kesamaan, pemberian waktu yang sebanding kepada pihak lain pada saat pengungkapan perhatian.

Rabu, 02 Desember 2015

Tahapan Organisasi




1.      Kelahiran
Tahap kelahiran merupakan tahap dimana  beberapa individu terpanggil menggunakan keahlian dan kemampuan mereka untuk menciptakan nilai. Mereka menaklukkan peluang tersebut dengan mendirikan sebuah organisasi untuk menghasilkan sesuatu, baik berupa produk atau jasa. Peluang tersebut perlu dipelihara dengan baik, jika menginginkan kelangsungan atau sustainabilitas dari masa hidup organisasi tersebut.
Pada tahap ini, tidak ada pemisahan dalam fungsi PR artinya PR hanya berfokus pada pemasaran serta pertumbuhan organisasi. PR harus mengevaluasi atau mencaritahu hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk mengembangkan organisasi ke tahap selanjutnya.

2.      Pertumbuhan
Tahap pertumbuhan adalah tahap siklus hidup organisasi dimana organisasi mampu mengembangkan nilai kreasi dan kompetensi sehingga  mendapatkan sumberdaya  tambahan.  Pertumbuhan ini memungkinkan organisasi meningkatkan pembagian kerja dan spesialisasi serta sekaligus mengembangkan keunggulan kompetitif. Pada tahap ini PR dipandang sempit sebagai bagian komunikasi pemasaran, dan kesadaran bekerjasama mulai tumbuh.

3.      Kedewasaan
Tahap kedewasaan merupakan  fase dimana terjadinya penurunan kinerja organisasi. Sifat transaksional sangat menonjol. anggota organisasi hanya memikirkan kotak organisasinya sendiri. Terjadi persaingan antar kotak dalam struktur organisasi. Karena sifat anggota organisasi yang sangat transaksional, maka setiap ada tambahan kerja dibuat struktur organisasi baru. Akhirnya struktur organisasi organisasi menjadi besar seperti seekor dinosaurus. Besarnya organisasi ini tidak diserati oleh suatu integrasi yang utuh. Keputusan dibuat sangat lambat dan komunikasi yang terjalin terasa kurang lancar. Dalam kondisi persaingan bisnis yang semakin tinggi tingkat turbulensinya, kondisi demikian ini akan sangat membahayakan organisasi.
            Pada tahap kedewasaan kegiatan PR diperluas menjadi PR keuangan, Employee Relations, mendukung pemasaran, tanggung jawab korporat, dan Community Relations.

4.      Kejatuhan
Tahap ini ditandai oleh menurunnya kinerja organisasi, lebih rendah kinerjanya dibandingkan dengan fase dewasa. Manajemen dan anggota organisasi tidak peka melihat ancaman bisnis yang bisa menghancurkan organisasi. Hal ini terjadi karena ketidakmampuan untuk melihat perubahan lingkungan bisnis dan ketidakmauan untuk melakukan perubahan. Organisasi masih berpegang pada prinsip bisnis yang lama yang sangat tidak sesuai dengan kondisi masa kini. Maka malapetaka datang dan organisasi pun harus melakukan tindakan yang memakan banyak korban, seperti melakukan pemutusan hubungan kerja.
Pada tahap ini PR dituntut untuk melakukan manajemen krisis/isu, serta mengelola harapan.


STUDI KASUS

Tahapan organisasi yang sedang dialami oleh Universitas Bengkulu

Universitas Bengkulu pada saat ini tengah berada pada fase atau tahap pertumbuhan. Tahap pertumbuhan ialah tahap dimana suatu organisasi mengembangkan kemampuan mereka untuk menciptakan suatu nilai dan kompetensi mereka untuk memperoleh sumber daya tambahan. Bisa dilihat bahwa saat ini Universitas Bengkulu telah memiliki beberapa fakultas serta program studi yang terus bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Hal tersebut membuktikan bahwa Universitas Bengkulu terus bertumbuh dan semakin mengembangkan potensi-potensi sumber daya manusia, seperti menambah jumlah dosen, memberi kesempatan bagi para dosen untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, dan lain-lain.
Tentu pencapaian Universitas Bengkulu hingga tahap pertumbuhan sekarang ini tak lepas dari peran serta Public Relations. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh PR Universitas Bengkulu pada tahap pertumbuhan, yaitu:

1.      Rumusan Masalah
PR akan mengumpulkan fakta yang nantinya akan dirumuskan permasalahan yang dihadapi oleh Universitas Bengkulu. Fase pertumbuhan merupakan fase yang rentan akan terjadinya permasalahan, seperti salah satunya adalah kendala pada sumber daya. Bagaimana caranya agar Universitas Bengkulu terus bertumbuh dan tidak berhenti menjadi salah satu masalah yang dihadapi oleh PR.
2.      Perencanaan dan Program
Setelah mendapatkan data atau fakta dari masalah yang dihadapi, PR akan menyusun rencana dan membentuk program yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pada tahap pertumbuhan, kreatifitas serta strategi PR dituntut untuk terus dapat mengembangkan Universitas Bengkulu ke tahap-tahap selanjutnya.
3.      Aksi dan Komunikasi
Pada tahap ini, PR akan mulai merealisasikan program-program yang telah direncanakan sebelumnya. Kegiatan promosi atau pemasaran menjadi fokus utama pada fase pertumbuhan. PR Universitas Bengkulu mulai bekerjasama dengan media-media lokal untuk menjadi perantara informasi dari Universitas Bengkulu kepada publik, seperti halnya memasang iklan di media elektronik mengenai penerimaan mahasiswa baru atau memberi informasi mengenai telah dibukanya program studi baru di Universitas Bengkulu dan lain-lain.
4.      Evaluasi
Tahap terakhir yaitu evaluasi. Pada tahap ini, PR akan melakukan evaluasi terhadap langkah-langkah yang telah diambil. Hal tersebut dilakukan guna untuk mengetahui berhasil atau tidaknya program yang telah dilaksanakan.



Fenomena “Latah” di Beberapa Stasiun Televisi

Perkembangan media di Indonesia sungguh mengagumkan terutama sejak reformasi tahun 1998. Momentum reformasi telah mengubah pandangan terhadap media dimana media tidak lagi tertutup dan terkekang tetapi telah berubah menjadi sumber keterbukaan dan perwujudan dari nilai-nilai demokrasi.
Beragam media dengan nama baru muncul dan menyapa para khalayak terutama pada media penyiaran televisi. Setelah Orde Baru, pemerintah yang berkuasa pada saat itu mulai membuka kesempatan bagi swasta untuk bersiaran. Stasiun televisi swasta yang pertama kali mengudara yaitu RCTI kemudian diikuti oleh SCTV, Antv, Indosiar, TPI, dan berbagai stasiun televisi lainnya. Berbagai stasiun televisi tersebut berlomba-lomba menciptakan program-program acara yang dapat menarik perhatian publik. Tak jarang konten acara yang diciptakan pun terkesan hanya untuk menghibur tanpa ada nilai-nilai moral di dalamnya.

Persaingan yang ketat antar stasiun televisi menuntut masing-masing stasiun untuk menyusun strategi yang dapat menaikkan rating stasiun tersebut. Jika kita perhatikan, program drama seri menjadi salah satu program yang sedang naik daun sekarang ini. Dari drama seri Korea, India, bahkan Turki ditayangkan oleh beberapa stasiun televisi. Tetapi  yang menjadi masalah adalah stasiun-stasiun televisi tersebut terkesan “latah” atau ikut-ikutan semata. Mengapa demikian? Mengejar rating adalah salah satu faktor utama penyebab latahnya beberapa stasiun televisi. Hal tersebut bisa kita lihat dari penayangan drama seri India yang awalnya hanya tayang di satu stasiun televisi namun berkembang ke beberapa stasiun televisi lain. Begitupula dengan drama seri Turki. Sisi komersil sangat terlihat jelas dari penayangan drama seri ini. Ketika drama seri ditayangkan di salah satu stasiun televisi dan rating-nya langsung meningkat drastis, itu menunjukkan bahwa program acara tersebut dapat menarik perhatian khalayak. Hal itulah yang kemudian diikuti oleh stasiun televisi lain dengan harapan dapat menaikkan rating mereka juga. Padahal masing-masing stasiun televisi seharusnya lebih kreatif dalam menciptakan berbagai program acara yang dapat menjadi ciri khas mereka dan dapat menciptakan perbedaan tanpa ada embel-embel tiru-meniru.